Latar Belakang

“Aku adalah seorang anak yatim. Ibukulah yang mengasuhku. Namun ia tidak memiliki biaya untuk pendidikanku. Aku menghafal Al-Quran saat berusia 7 tahun. Dan menghafal (kitab) al-Muwaththa saat berusia 10 tahun. Setelah menyempurnakan hafalan Al-Quranku, aku masuk ke masjid, duduk di majelisnya para ulama. Kuhafalkan hadits atau suatu permasalahan. Keadaan kami di masyarakat berbeda, aku tidak memiliki uang untuk membeli kertas. Aku pun menjadikan tulang sebagai tempat menulis”.

“Pemuda ini awalnya sulit untuk diandalkan oleh ayahnya. Kebiasaan hidup mewah sehingga menjadi anak yang manja, dia selalu berlindung dibalik kebesaran sang ayah sehingga menyulitkan para ulama yang didatangkan untuk mendidiknya. Hingga akhirnya kelembutan dan ketegasan dua ulama besar berhasil menundukkannya, Syeikh Aaq Samsuddin dan Muhammad Ismail Al-Qurani. Ditangan sang guru dia belajar banyak hal, berhasil menghafal Al-Quran dan menguasai ilmu lainnya. Diusianya yang 14 Tahun dia menjadi pemuda yang cerdas dan taat beragama. menguasai 7 bahasa ketika berumur 23 tahun, semenjak baligh hingga meninggal tak pernah meninggalkan rawatib dan tahajjud, menaklukkan Konstantinopel sebagai janji Rasulullah Saw, pada usia 24 tahun.”

Ada di antara kita mungkin sudah bisa menerka-nerka siapa tokoh dalam penggalan dua kisah diatas. Ya, yang pertama adalah penggalan kisah Imam asy-Syafi’i rahimakullah, yang akhirnya kita kenal sebagai salah satu ulama masyhur, bahkan mazhabnya banyak diikuti di negeri kita. Dan yang kedua, juga tentu kita sudah pernah menyimak kisahnya, yakni kisah dari Muhammad al-Fatih.

Fragmen 2 pemuda di atas memberikan pelajaran kepada para pemuda, diantaranya bahwa potensi besar kaum muda masih bisa teroptimalisasi dan terarahkan untuk kepentingan Islam. Kepercayaan diri kaum muda harus terus ditumbuhkan untuk berperan dalam kebangkitan umat, karena dipundak mereka nasib masa depan kaum muslimin. Halangan ataupun godaan yang sifatnya materi tidaklah berarti jika ada keinginan atau kemauan kuat (azam) dari para kaum muda itu sendiri.

Untuk itu, harus ada upaya untuk membangunkan potensi ‘singa yang sedang tertidur’ agar kemudian menyusun rencana masa depannya sebagai pribadi yang membanggakan dengan memiliki real style alias gaya sejatinya kaum muda muslim. Pribadi yang tidak hanya menjadi ‘perhiasan’ bagi kedua orang tuanya dengan menjadi investasi pahala sebagai anak shalih-/ah, tapi juga menjadi pribadi yang berperan aktif dalam kontribusi positifnya di tengah-tengah masyarakat.

Muslim Youth Movement (MY Movement) 2016 adalah sebuah titik awal untuk mengajak kaum muda bersama-sama berperan aktif menyiapkan diri dan mengikutsertakan kaum muda lainnya untuk mewujudkan cita-cita sebagai pemimpin di masa datang.

MY Movement sebuah event yang dipersiapkan untuk kaum muda, khususnya pelajar-pelajar muslim untuk berubah, bergerak, dan bangkit (move on) sebagai seorang pemuda sekaligus seorang muslim. Rangkaian acara yang berisi inspirasi dari mulai sinema, training, hingga talkshow, yang diperankan, diisi dan diselenggarakan oleh kaum muda juga.

Melanjutkan gegap gempita dan semangat penyelenggaraan MY Movement tahun sebelumnya, inilah MY Movement 2016, dengan tema “The Real Muslim Style”. Diselenggarakan di lebih 60 kota besar di seluruh Indonesia, dan diikuti ribuan kaum muda.

Landasan Inspirasi

“Kalian adalah umat yang terbaik dikeluarkan untuk manusia, memerintahkan yang ma’ruf, mencegah yang munkar, dan beriman kepada Allah” (TQS. Ali Imron 110)


“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (TQS. Fushshilat: 33)


“Demi Allah, apabila Allah menunjuki seorang saja melalui dakwahmu itu lebih baik bagimu daripada kamu memiliki onta-onta merah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. (HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)

Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya, maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya. Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa. (Imam Syafi’i, dari kitab Kaifa Turabbi Waladan Shalihan)

Post a Comment

JANGAN LEWATKAN

[random][fbig2][#e74c3c]

Contributors

Powered by Blogger.