UsaBersyariah.Com --- HTI Kab.Semarang pada Minggu ,26 Maret 2017 melakukan Pawai Panji Rasulullah. Iring-iringan rombongan pawai menelusuri sepanjang jalan raya khususnya rute Sumowono - Bandungan - Ambarawa - Bawen sampai Karang Jati.



Rombongan terdiri dari 2 mobil yang diikuti puluhan motor berbaris rapi menghiasi jalan raya sore itu, Setiap kendaran baik itu mobil dan motor beratribut bendera hitam dan putih yang bertuliskan kalimat Lalilahaillalah muhammadarrasulullah.

Menurut Ust. Hendro mewakili pihak HTI KabSemarang acara ini memang sengaja diselenggarakan HTI DPD II Kab.Semarang untuk sosialisasi Panji Rasulullah, dengan tujuan memahamkan masyarakat khususnya wilayah Kab.Semarang, mengingat masih ada yang belum paham tentang apa itu al liwaa dan ar rayah.

Meskipun masih ada saja yang mengira bahwa bendera ini hanya milik HTI bahkan ada juga yang mengira kalau bendera ini adalah bendera ISIS. Anggapan tersebut jelas keliru dan perlu diluruskan agar umat islam tidak phobia dengan benderanya sendiri. 

"Inilah tujuan pawai ini diadakan, agar masyarakat paham bahwa panji al liwa dan ar rayah ini adalah panji - panjinya umat islam bukan panjinya HTI, meskipun yang membawa adalah HTI" sambungnya.

Lebih lanjut Beliau juga memaparkan bahwa sebenarnya panji rasulullah dari dulu menjadi simbol persatuan umat islam seluruh dunia. Karena sejak jaman Rasulullah sampai runtuhnya kekhilafahan Turki Ustmani tahun 1924 bendera al liwa dan ar rayah ini menjadi satu - satunya panji-panji kebesaran daulah islam yang telah menyatukan umat islam penjuru dunia.

UsaBersyariah.Com --- Al-Liwa’ dan ar-Rayah adalah nama untuk bendera dan panji Rasulullah saw. Walaupun sama-sama disebut sebagai bendera (al-’alam), keduanya memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda. Al-Liwa berwarna putih dengan tulisankhath berwarna hitam ”La ilaha illalLah Muhammad RasululLah.” Al-Liwa’ disebut juga ar-rayah al-’azhim (panji agung); berfungsi sebagai bendera negara atau simbol kedudukan pemimpin. 

Mengembalikan Kemuliaan dan Kewibawaan Panji Rasulullah al-Liwa‘ dan ar-Rayah


Panji ini tidak dipegang kecuali oleh pemimpin tertinggi peperangan atau komandan brigade pasukan (amir jaisy), yakni Khalifah atau orang yang menerima mandat dari Khalifah sebagai simbol kedudukan komandan pasukan. Al-Liwa’ menjadi pertanda posisi amir atau komandan pasukan dan turut beredar sesuai peredaran amir atau komandan pasukan itu.

Adapun ar-Rayah adalah panji berwarna hitam, dengan tulisan khath berwarna putih, “La ilaha illalLah Muhammad RasululLah.” Ukuran bendera ini lebih kecil daripada al-Liwâ’; digunakan sebagai panji jihad para pemimpin detasemen pasukan (satuan-satuan pasukan [katâ’ib]). Bendera ini tersebar sesuai dengan jumlah pemimpin detasemen dalam pasukan sehingga berjumlah lebih dari satu.

Banyak hadis yang menjelaskan tentang al-Liwa’ dan ar-Rayah ini, di antaranya dari Ibn Abbas ra.:

«كَانَ لِوَاءُ -صلى الله عليه وسلم- أَبْيَضَ، وَرَايَتُهُ سَوْدَاءَ»

Bendera (Liwâ’) Rasulullah saw. berwarna putih dan panji (Râyah)-nya berwarna hitam (HR al-Hakim, al-Baghawi dan at-Tirmidzi).

Dari Ibn Abbas ra. juga dinyatakan:

«كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ، مَكْتُوبٌ عَلَيْهِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ»


Panji (Râyah) Rasulullah saw. berwarna hitam dan bendera (Liwâ’)-nya berwarna putih, tertulis padanya: Lâ ilâha illalLâh Muhammad RasûlulLâh (HR ath-Thabrani).

Dari Jabir bin Abdullah ra. juga dituturkan:


«أَنَّ النبي -صلى الله عليه وسلم- كَانَ لِوَاؤُهُ يَوْمَ دَخَلَ مَكَّةَ أَبْيَضَ»


Sungguh Nabi saw. Itu, Liwa’-nya pada Hari Penaklukkan Kota Makkah, berwarna putih (HR Ibn Majah, al-Hakim dan Ibn Hibban).

Dari al-Hasan ra. pun dikatakan:


«كَانَتْ رَايَةُ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- سَوْدَاءَ تُسَمَّى الْعُقَابَ»


Râyah Nabi saw. berwarna hitam disebut al-‘Uqab (HR Ibn Abi Syaibah).

Kemuliaan dan Kewibawaan al-Liwa’ dan ar-Rayah

Di dalam Islam, sesungguhnya bendera menduduki posisi yang sangat tinggi. Dulu bendera ini selalu diusung oleh tangan yang suci dan mulia, tangan Baginda Rasulullah saw., di atas sebilah tombak dalam setiap peperangan dan ekspedisi militer. Panji dan bendera juga memiliki kedudukan yang sangat mulia karena di dalamnya bertuliskan kalimat tauhid yang mulia, “La Ilaha illalLah Muhammad RasululLah.

Meskipun bendera ini hanya selembar kain yang akan berkibar bila tertiup angin, di hati musuh-musuh Islam, ia laksana sambaran tombak dan panah yang melesat secepat kilat. Sebaliknya, kecintaan pembawa bendera terhadap benderanya melebihi cintanya seorang yang dimabuk asmara.

Begitu mulianya kedudukan bendera ini, Nabi saw. pernah menyerahkannya kepada beberapa sahabat yang sangat pemberani, seperti Ja’far ath-Thiyar, Ali bin Abi Thalib dan Mush’ab bin Umair. Para sahabat ini senantiasa menjaga bendera dan panji ini dengan penjagaan yang sangat sempurna. Mereka menjaganya dengan sepenuh jiwa.

Para sahabat yang pemberani, rela terbunuh untuk memelihara dan mempertahankan eksistensi bendera itu hingga ajal mereka. Semua itu dilakukan karena penghormatan dan pengagungan mereka terhadap panji dan bendera Rasulullah saw. Bahkan mereka rela berkorban untuk menjaga bendera itu. Sebab, bendera adalah simbol kebenaran, simbol jihad dan simbol tauhid. Bendera juga merupakan simbol kemuliaan, keagungan dan kewibawaan.

Untuk menggambarkan kemuliaan, keagungan dan kewibawaan bendera dan panji Rasulullah saw., cukuplah kisah Mush’ab bin Umair pada Perang Uhud dalam mempertahankan panji Rasulullah saw. sebagai pelajaran yang menyentuh hati siapapun yang mengimani Allah dan Rasul-Nya.

Mush’ab bin Umair terus membawa bendera tersebut. Lalu datanglah Abu Qamiah, dengan mengendarai kuda, menyabetkan pedangnya hingga tangan kanannya putus. Namun Mush’ab bersyair dengan lantang: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul (TQS Ali Imran [3]: 144).

Lalu bendera itu ia ambil dengan tangan kirinya. Ia terus bertahan. Namun, tangan kirinya berhasil ditebas oleh orang kafir. Lalu ia menelungkupkan bendera itu di dada dan lehernya. Dia lalu mengulang lantang Quran Surat Ali Imran ayat 3. Kemudian datanglah serangan ketiga. Akhirnya, beliau menemui syahid. Tombaknya patah. Mush’ab tersungkur ke tanah. Benderanya pun jatuh, kemudian diambil oleh Abu ar-Ruum bin Harmalah. Tatkala kaum Muslim kembali ke Madinah bendera itu terus ia pegang hingga memasuki Madinah.

Hadis-hadis yang berbicara tentang bendera merupakan hadis yang membicarakan salah satu bagian dari sistem pemerintahan Islam, yakni bagian dari atribut kenegaraan Daulah Islamiyah, juga sebagai simbol tertinggi dalam menjalankan misi-misi Daulah Islam. Para sahabat besar sangat memperhatikan hal tersebut. Pada Perang Khaibar Rasulullah saw. bersabda:


«لأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يُفْتَحُ عَلَى يَدَيْهِ، يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ، وَيُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُولُهُ»


Sungguh aku akan memberikan ar-Râyah ini esok hari kepada seseorang, yang ditaklukkan (benteng) melalui kedua tangannya; ia mencintai Allah dan Rasul-Nya; Allah dan Rasul-Nya pun mencintai dirinya (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Malam harinya semua orang tidak tidur dan memikirkan siapa di antara mereka yang besok akan diserahi bendera itu.

Adanya mandat resmi dalam mengemban al-Liwâ’ dan ar-Rayah ini menunjukkan bahwa ia adalah simbol negara sehingga memperjelas kedudukan Rasulullah saw. sebagai pemimpin suatu negara, yakni Negara Islam (Daulah Islam).

Al-Liwa’ dan ar-Rayah Kini

Sungguh kemuliaan dan kewibawaan al-Liwa’ dan ar-Rayah terus terjaga selama beberapa abad lamanya hingga berakhir dengan tragis setelah muncul dan berkembangnya nasionalisme dan negara bangsa (nation state). Keduanya menjadi faktor utama keruntuhan Khilafah Islamiyah pada 3 Maret 1924. Dalam nation-state, rakyat mengidentifikasi diri mereka sebagai sebuah “bangsa” (nation), yaitu suatu komunitas manusia yang menganggap dirinya satu kesatuan berdasarkan kesamaan etnis, sejarah, bahasa, budaya, atau faktor pemersatu lainnya.

Gagasan nation-state telah menjadi racun yang mematikan karena telah menimbulkan disorientasi jatidiri, juga disintegrasi dan perpecahan kaum Muslim. Gara-gara ide nasionalisme yang terkandung dalam konsep nation-state, umat Islam mengalami disorientasi jatidiri sehingga tersesat dalam mengidentifikasi-kan dirinya. Sebagai contoh, umat Islam dari berbagai bangsa, seperti Turki dan Arab, yang awalnya mengidentifikasikan diri mereka sebagai umat Islam” yang dipersatukan dengan akidah Islam, akhirnya mengidentifikasikan diri mereka sebagai bangsa Turki” dan “bangsa Arab. Inilah racun yang menjadi cikal-bakal disintegrasi dan perpecahan umat Islam.

Ada juga faktor eksternal berupa konspirasi kafir penjajah untuk memaksakan perpecahan umat Islam melalui Perjanjian Sykes-Picot pasca Perang Dunia I (1914-1918). Menurut perjanjian ini, Inggris dan Prancis sepakat untuk membagi Dunia Arab di antara mereka berdua. Inggris mengambil kendali atas Irak, Kuwait dan Yordania. Prancis diberi Suriah modern, Lebanon dan Turki selatan. Adapun status Palestina ditentukan kemudian, dengan memperhitungkan ambisi Zionis. Zona kontrol yang diberikan kepada Inggris dan Prancis memperbolehkan beberapa jumlah pemerintahan Arab sendiri di beberapa wilayah meskipun dengan kontrol Eropa atas kerajaan-kerajaan Arab tersebut. Di wilayah lain, Inggris dan Prancis dijanjikan kontrol total.

Dalam perkembangan selanjutnya, negeri kaum Muslim yang dulunya ada dalam satu negara, yakni Negara Khilafah, dan satu orang pemimpin, yakni Khalifah, menjadi terpecah-belah dalam negara-bangsa (nation state). Mereka memiliki batas wilayah, penguasa, identitas kebangsaan dan bendera sendiri. Paling tidak, saat ini ada sekitar 57 negara-bangsa dan 57 bendera negara yang dulunya ada dalam wilayah Khilafah Islam. Sejak itulah keberadaan al-Liwa’ dan ar-Rayah menjadi asing dan terasingkan. Kemuliaan dan kewibawaannya seketika hilang diganti dengan simbol-simbol murahan yang dipaksa untuk dikeramatkan.

Upaya mengalienasi syariah Islam dan simbol pentingnya, termasuk di antaranya al-Liwa’ dan ar-Rayah, dilakukan secara sistematis oleh negara kafir penjajah dengan dibantu oleh penguasa anteknya di negeri kaum Muslim. Al-Liwa’ dan ar-Rayah yang dulu dimuliakan, diagungkan, bahkan orang-orang terbaik berharap untuk mengusungnya, kini distigmatisasi. Tujuannya adalah agar umat Islam menjauhinya. Kemunculan ISIS dengan bendera tauhidnya, yang sangat jauh dari konsep Khilafah yang benar—bahkan diidentikkan oleh media dengan kekejaman dan dibiarkan oleh negara kafir penjajah—adalah bukti ada upaya monsterisasi Khilafah, sekaligus monsterisasi simbol-simbolnya. Ekspos berita ISIS di berbagai media telah berhasil” membuat stigma negatif bahkan kriminalisasi terhadap Khilafah Islam dan bendera tauhidnya. Kasus penangkapan Nurul Fahmi yang mengusung bendera merah putih bertuliskan kalimat tauhid “La Ilaha IllalLah Muhammad RasululLah” serta pengambilan paksa ar-Rayah ketika kedatangan Raja Salman oleh Kepolisian adalah bukti bahwa kriminalisasi telah dan sedang dilangsungkan.

Erat Kaitannya dengan Khilafah dan Jihad

Al-Liwa’ dan ar-Rayah sesungguhnya tidak bisa dipisahkan dengan Daulah Islam/Khilafah dan jihad fi sabilillah. Liwa’’ (bendera) adalah bendera resmi Daulah Islam pada masa Rasulullah saw. dan para Khalifah setelah beliau. Ini adalah kesimpulan Imam as-Sarakhsi, yang dikuatkan dalam kitab Syarh as-Sayr al-Kabir karya Imam Muhammad bin al-Hasan as-Syaibani, murid Imam Abu Hanifah. Disimpulkan: “Liwa’ adalah bendera yang berada di tangan penguasa. Ar-Rayah adalah panji yang dimiliki oleh setiap pemimpin divisi pasukan, di mana semua pasukan yang ada dalam divisinya disatukan di bawah panji tersebut. Liwa’ hanya berjumlah satu buah untuk keseluruhan pasukan. Liwa’ digunakan sebagai patokan pasukan ketika mereka merasa perlu untuk menyampaikan keperluan mereka ke hadapan penguasa (Imam). Liwa’ dipilih berwarna putih. Ini ditujukan agar ia bisa dibedakan dengan panji-panji berwarna hitam yang ada di tangan para pemimpin divisi pasukan.

Sejak Daulah Islamiyah (Negara Islam) berdiri pada masa Rasulullah saw., beliau mulai membangun pilar-pilar negara Islam, menjaga stabilitas keamanan negara dengan berbagai cara yang dibenarkan syariah, mengirimkan delegasi ke negara-negara tetangga, dan melakukan futuhat dengan jihad fi sabilillah.

Para ulama sirah berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah peperangan, ekspedisi militer serta utusan-utusan yang dilakukan Rasulullah saw. Ada yang mengatakan 25 peperangan. Ada yang berpendapat 26. Ada yang menyatakan 27. Ada juga yang mengatakan 29 peperangan. Rasulullah saw. tidak hanya melakukan peperangan, tetapi juga mengirimkan ekspedisi militer dan utusan-utusan untuk memberikan pelajaran kepada orang munafik, Yahudi dan bangsa Arab sekitarnya. Ekspedisi militer (saraya) ini ada yang mengatakan 47 kali hingga 70 kali.

Di dalam perang dan ekspedisi militer beliau menyerahkan al-Liwa’ kepada sahabat beliau yang terpercaya. Di antara sahabat yang diberi kepercayaan memegang bendera tersebut di antaranya: Hamzah bin Abdul Muthallib, Saad bin Abi Waqash, Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, Saad bin Muadz, Hubbab bin Mundzir, Usaid bin Hudhair, Saad bin Ubadah, Abu Bakar Shiddiq, Zubair bin Awam, Saad bin Abi Waqash, dan sahabat lainnya.

Salah seorang sahabat yang dipercaya membawa bendera dalam ekspedisi Perang Mu’tah adalah anak paman Rasulullah saw, Ja’far bin Abi Thalib. Beliau membawa bendera dengan tangan kanannya. Namun, tangannya berhasil ditebas. Lalu bendera itu dibawa dengan tangan kirinya. Lagi-lagi tangan kirinya berhasil ditebas. Selanjutnya ia menggamit bendera dengan lengan atasnya, hingga ia menemui syahid. Saat itu beliau ra. baru berumur 33 tahun.

Fakta sejarah tersebut menunjukkan kepada kita bahwa al-Liwa’ dan ar-Rayah tidak bisa dipisahkan dari Negara Khilafah dan Jihad fi Sabilillah. Karena itu satu-satunya jalan untuk mengembalikan kemuliaan, keagungan dan kewibawaan al-Liwa’ dan ar-Rayah adalah mewujudkan kembali Khilafah Islamiyah serta Jihad fi Sabilillah. [Luthfi Afandi, SH. MH.]

USABERSYARIAH -- Sabtu 18 Maret 2017,  bertempat di Rumah KH. Zainal Hafidzin Pengasuh ke-1 Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Sambek Wonosobo, DPD II Hizbut Tahrir Indonesia Kab. Wonosobo menyelenggarakan Multaqa Ulama dan Tokoh dengan mengambil tema: “ Kewajiban dan Metode Menegakkan Khilafah”



Di tengah rinai hujan yang berlangsung dari  sore sampai selesainya acara, Alhamdulillah undangan silih berganti datang mulai jam 18.30 WIB hingga undangan yang datang mencapai 35 orang dari berbagai kalangan. Di mulai dengan makan malam bersama, sholat Isya, berjamaah dan acara resmi dimulai pada jam 20.00 WIB. 

Setelah pembukaan dan pembacaan kalam Illahi, kemudian sambutan dari shohibul bait, dalam hal ini KH. Imdadin, S.Ag selaku pengasuh Pengasuh ke-3 Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Sambek mengapresiasi dengan baik atas Multaqa Ulama dan Tokoh yang di selenggarakan oleh HTI Wonosobo, beliau berharap acara yang diselenggarakan tersebut mampu mengedukasi ulama’ dan tokoh akan pentingnya mendakwahkan kewajiban menegakkan khilafah.


Setelah sambutan dari pengasuh Ponpes, dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua DPD II HTI Kab. Wonosobo serta pemutaran slide mengenal Hizbut Tahrir Indonesia. Pada acara inti yaitu pemaparan materi disampaikan oleh KH. Ahmad Faiz dari Lajnah Khos Lil Ulama HTI Jawa Tengah. Dalam penyampaian materinya, beliau bahwa kondisi umat islam di Indonesia dan dunia berada dalam keterpurukan, dibawah penjajahan dan Sumber Daya Alam yang tereksploitasi. 

Beliau juga memaparkan SDA di Indonesia yang mana saja telah di ekploitasi asing. Beliau berpendapat bahwa keterpurukan kaum muslimin ini terjadi akibat tidak diterapkannya aturan Islam dari dzat yang Maha Benar diabaikan sehingga mengakibatkan kesengsaraan umat manusia.. Namun menurut beliau, kaum muslimin masih memiliki harapan menjadi khoiru ummah yang memimpin peradaban dunia kembali.

Satu-satunya jalan agar umat bangkit menurut KH. Ahmad Faiz adalah dengan jalan menegakkan syariah islam secara kaffah dalam bingkai khilafah, yang mana menurut jumhur ulama’ bahwa mengangkat seorang Imam adalah fardlu bagi setiap muslim. Beliau mengatakan, bahwa khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin didunia yang menerapkan hukum Allah dan RasulNya akan memberikan kemaslahatan tidak hanya bagi kaum muslimin tapi seluruh warganegaranya termasuk non-muslim. 

Pada sesi akhir penyampaian materi, KH. Ahmad Faiz mengajak kepada hadirin yang hadir untuk turut memperjuangkan tegaknya syariat Allah dengan ikut bergabung dengan harakah yang concern terhadap perjuangan menegakkah khilafah, yakni Hizbut Tahrir.



Tanpa terasa waktu semakin larut, pertanyaan dari peserta semakin menghangatkan suasana, yang inti dari pertanyaan tersebut semua menaruh harapan besar kepada Hizbut Tahrir menjadi garda terdepan dalam perjangan penegakan khilafah, sebelum sesi di akhiri dengan doa oleh Ust. Amin Hidayat (Sekjend Jama’ah Dzikir Isrofil serta Ketua Pembentukan GNPF MUI Jateng), beliau memberikan testimony sebagai berkut: “Telah lama saya mendapatkan pengajaran dari para kyai bahwa syariah islam harus ditegakkan. 

Namun sampai saat jni belum mengetahui bagaimana menegakkannya. Oleh karena mendapat penjelasan dari Hizbjt Tahrir tentang khilafah secara gamblang maka saya pastikan untuk urusan Politik Islam sepenuhnya kami percayakan kepada Hizbut Tahrir.!"

( djnet )



Tanpa tangguh lagi, ayuh kita periksa lakukan uji kaji

*1. Dia Kafir Harbi Fi'lan.*

Seperti yang kita ketahui, orang kafir itu kan ada pembahagiannya. Ada kafir mu’ahid, kafir dzimmi, dan kafir harbi fi’lan, dan lain-lain

Kafir harbi fi'lan, adalah individu mahupun kelompok mahupun negara, yang memusuhi Islam. Aktiviti-aktivitinya seperti meghinakan Al-Qur'an, menghina Nabi Muhammad Saw, hobi membunuh kaum Muslimin, hobi membuat fitnah dan masalah, dan lain-lainnya, yang tujuannya, ingin Islam dimusnahkan dari dunia ini. Intinya, mereka memerangi Islam.

Kalau sudah begitu, tentulah mereka tidak senang dengan adanya Daulah Khilafah. Makanya pula jauh dari 13 abad yang lalu, mereka berusaha untuk melemahkan Daulah, agar boleh runtuh. Dan sekarang pun mereka sibuk menghalang kita untuk menegakkan Khilafah tersebut kembali.

*2. Dia Sudah Dididik Anti-Syariah & Khilafah.*

Ada pula orang yang memang dia menolak idea syariah-Khilafah, kerana memang ia rutin membaca buku-buku, artikel, mahupun menyemak , merujuk "bahan kajian" tentang apa-apa yang bertentangan dengan syariat, seperti misalnya ideologi Kapitalisme, sosialisme, fahaman liberalisme, sekulerisme, nasionalisme, pluralisme, atheisme, ilmu falsafah, demokrasi dan sebagainya.
Baik dengan diniatkan, mahupun secara tidak sengaja, seperti gara-gara filem, majalah, game, muzik, khabar, dan sebagainya, yang mengandungi hadharah asing.

Persoalan nya apakah asalnya ia muslim ataupun non-muslim. Intinya, ia mengguna pakai, mengembang, dan menyebarluaskan tsaqafah-tsaqafah non-Islam.

*3. Dia Masih Belum Mendapatkan Jawapan benar Secara mendalam.*

Jenis orang seperti ini, ketika dihadapkan penawaran untuk menyokong pergerakan penegakan Khilafah, dia bakal melontarkan banyak pertanyaan seputar khilafah. 

Seperti contohnya:
Mana dalil-dalil syara' yang mewajibkan wajib mendirikan Khilafah?
Bagaimana hak-hak non-muslim bila nanti Khilafah tegak?
Dari mana modal dan teknologi Yg diperolehi Daulah agar boleh mengatur Sumber alam?
Bukannya saja-saja ya kita terapkan syariat dengan sistem Demokrasi ini?
Adakah boleh Khilafah tegak dengan perjuangan di luar parlimen?
Dan kenapa tidak segera masuk parlimen saja? Dan lain-lain sebagainya.

Banyak, orang seperti ini yang sebelumnya mengejek-ejek perjuangan penegakan Khilafah, akhirnya ia malah menyokong, bahkan ikut memperjuangkan, ketika persoalan2nya telah dijawab dengan puas. *Dengan syarat, ia mahu bersifat positif. Dn mbuka fikirannya*

*4. Dia Orang Pragmatis.*

Contoh orang-orang seperti ini, adalah orang-orang Jepun. Seperti yang pernah dikatakan Prof. Dr. Hasan Ko Nakata, Phd., orang-orang di Jepun itu suka dengan yang namanya bukti. Sekiranya memang sistem Khilafah mensejahterakan rakyat, maka mereka akan benar-benar menyokongnya, sekiranya mereka pun benar2 sudah melihat dengan mata-kepala mereka sendiri, ternyata memang terbukti ada banyak yang sejahtera di bawah naungan Khilafah.
Makanya, usaha Terus, insyaAllah ketika Khilafah nanti sudah tertegak, orang-orang pragmatis ini akan berbondong-bondong masuk Islam (kalau dia non-muslim), dan makin semangat bertaqwa.

*5. Dia Orang Rasional.*

Orang-orang seperti ini pastinya ia orang yang pintar, banyak ilmunya. Mungkin saja dia itu sudah tamat pengajian, atau dia itu orang yang bekerja seperti pengurus, pengarah atau bahkan jurutera yang punya pengalaman kerja di perusahaan yang mengurus Sumber alam, negara, dll.

Kalau bertemu orang sebegini, ada yang malas diajak berbincang tentang dalil. Dia lebih cenderung berbincang data, fakta, dan perihal sains. Dan biasanya ada sebahagian dari kita yang "kalah" dengan mereka, ketika kita tidak boleh menjawab perihal teknikal.

*6. Dia Termakan Fitnah.*

Alhamdulillah memang "pandangan umum" tentang penegakan Khilafah ini sudah cukup meluas dn mendunia, Makanya, orang-orang yang merasa kepanasan pun berusaha menganggunya dengan cara melontarkan fitnah-fitnah, secara meluas juga

Seperti contohnya katanya kalau Khilafah itu mengancam pemerintahan yang ada, Khilafah itu "berdarah-darah, "para pejuang Khilafah itu khawarij, mu'tazillah, bukan ahlusunnah wal jamaah, dan sebagainya.
Sehingga, membuat orang awam termakan fitnah, hingga akhirnya menjadi ragu untuk memperjuangkan Khilafah.

*7. Dia Punya Mental Block.*

Tidak ada jaminan bahawa kita ini tidak pernah salah. Pastilah tiap-tiap kita punya salah. Namun yang terpenting adalah, kita segera sedar akan kesalahan yang kita buat tersebut, bertaubat, dan berusaha agar tidak mengulanginya lagi.

Nah, terkadang, hal ini sukar sangat dilakukan oleh sebahagian orang. Seperti contohya ada orang yang awalnya kental menyuarakan nasionalisme, kemudian ia sedar bahawa itu salah, namun ia belum mahu meninggalkan aktiviti berkempen nasionalismenya. Kerana dia malu, dia punya "follower" yang sudah sangat semangat akan nasionalisme, berkat ajarannya.

Atau perihal2 tidak sesuai, yang akan bertembung denganya sekiranya ia ikut memperjuangkan Khilafah. Sekaligus ia memusuhi Islam, ataukah memang Islam. Seperti halnya mungkin ia sebelumnya cukup serius menyatakan bahawa maksiat2 di negeri ini boleh dihapuskan cukup dengan do'a sahaja, atau harus melalui parlimen, atau harus dengan jihad, atau lain-lainnya.

*8. Dia Takut Kehilangan Kenikmatan*

Duniawinya ketika Ini.
Nah, ini biasanya adalah mereka yang sudah memiliki harta yang banyak, jawatan yang hebat, namun ternyata tidak syar'i, atau haram.
Seperti misalnya akad perusahaannya batil, ada yang fasad, cashflow-nya dipenuhi riba, biasa deal dengan rasuah-merasuah, dia anggota parlimen dan lain-lainnya. Intinya, dia tahu, kalau nanti Khilafah tegak, hartanya bakal hilang, sehingga dia tidak boleh foya-foya lagi.

*9. Dia Hobi Maksiat.*

Ini alasan yang paling logik. Kalau ada orang yang tidak setuju dengan hukum rejam bagi pezina, bererti dia itu hobi berzina, atau punya cita-cita nanti mahu berzina, atau dia memang senang melihat angka hubungan seks di luar nikah yang tinggi, dan angka keguguran liar nikah yang tinggi.

Dan kalau ada orang yang tidak setuju dengan hukum hudud bagi "pencuri", bererti dia itu hobi mencuri, korup, atau kelmarin habis terbongkar rancangan atau agenda korupsi dan mencurinya nanti. Atau mungkin dia termasuk orang yang memang senang melihat berita duit rakyat dikorupsi, melihat orang2 miskin yang mati kerana kelaparan, mati kerana tidak mampu diubati, bodoh kerana tidak bersekolah, dan sebagainya.
Intinya, dia tidak suka bila ada masyarakat yang memiliki satu perasaan islami, satu pemikiran islami, dan satu peraturan islami. Kerana itu akan menyusahkan adanya kewujudan kemaksiatan yg sedia ada.

*10. Dia Dibayar.*

Ini yang sangat lumayan . Aneh juga, semangatnya minta ampun! Contoh sederhananya, berita di TV, artikel di akhbar, Komen2 dan lain-lainnya.
Ketika kita  melakukan aktiviti memuhasah penguasa dn umat, mereka berusaha menggagalkan aktiviti itu, dengan cara membuat ugutan,ancaman Dan sabagainya. Atau mungkin yang lebih drastik, mereka berusaha menggagalkn ,menangkap Serta menyeksa para pendakwahnya

Dan masih banyak contoh lainnya, seperti memfitnah para pejuang Khilafah, seperti yang dialami ramai diseluruh dunia....malah tidak kurang membuat posting tulisan yang tidak bermutu dalam rangka menyalah-nyalahkan apa-apa yang kita dakwahkan, dan menggembar-gemborkan apa-apa yang bertentangan dengan Islam.
mereka ini termasuk kelompok liberal, para Kapitalis, atau lain-lain seangkatannya.

*11. Dia Gila.*

Ya mahu dikomen apa lagi kalau sudah gila, kerana. Tidak mampu menggunakn akalnya . Hmm.. mohon maaf, ini bukan ngejek yaa.. Saya cuma mahu mengholistikkan penjelasan fakta penolakan ajakan kepada seruan syariah dn khilafah ini.
Memang tidak ada hasilnya kan sekiranya kita berdialog dengannya. Lagipun orang yang tidak berakal tidak akan dihisab.

*12. Dia Masih kAnak-kAnak.*

Yaah ini semestinya hehehe! Ada memang anak-anak zaman sekarang yang ADA yang cerdas, ada juga yang belum mudah berpikir luas. Ini Proses.
Masih kanak2 yang saya maksud disini adalah, yang belum baligh. Kerana tiada hisab bagi yang belum baligh. Bererti ia tidak dibebani kewajiban.
Paling yang dihisab adalah siapa yang bertanggungjawab harusnya mendidik anak tersebut. Kerana beban yang ada adalah, mendidikn  anak agar nanti ketika baligh, sudah sedia, mampu melaksanakan kewajiban, dan bahkan sudah terbiasa melakukn seruan kebenaran , mencegah kemungkaran...Atau yg terjadi skrg Hanya utk Lulu's exam jauh sekali utk meraih Redha Allah 

Dua belas jenis orang di atas, boleh jadi dia itu muslim ataupun non-muslim. Kerana ada juga non-muslim yang mendukung perjuangan penegakan Khilafah ini.

Dan kerana memang tidak menutup kemungkinan ke-12 orang tersebut akan bertaubat, tidak menutup kemungkinan pula bahawa mereka sebelumnya adalah orang yang sempat pernah menyokong dan memperjuangkan penegakan Khilafah, namun menjadi "down", kerana satu-dua-tiga-atau beberapa alasan, ntah kerana ikutan, termakan fitnah, atau kerana kerapnya lebih mengkedepankan(emosi) perasaan daripada akal. Akhirnya dalil/nas ditinggalkn



Semoga dengan ukuran jenis2 manusia yang masih ringkas ini, boleh menginspirasi Anda untuk lebih optimal arah tuju dakwahnya  Dan semoga pula boleh bertambah clear pemahaman Anda yang mungkin baru kenal dengan perihal Khilafah ini.

Oh jika , barangkali menurut Anda ada jenis lain?  Bagi yg menolak syariah dn khilafah boleh lah di tambahi lagi ..supaya ia blh menjadi ukuran utk Kita memuhasah diri

Source : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10208627952283871&id=1461914634


UsaBersyariah.Com --- : Aksi simpatik yang dilakukan secara berjalan kaki (masiroh), dan dengan masing-masing peserta membawa panji Rasulullah Saw, yaitu bendera berlafaz tauhid "Laa ilaha illallahu Muhammad Rasulullah", yang berwarna dasar hitam disebut Ar-Royah dan yang berwarna dasar putih disebut Al-liwa.

"Al-Liwa Dan Ar-Rayah Benderanya Kaum Muslimin !!!

Allahu Akbar... !!!
Allahu Akbar... !!!
Allahu Akbar... !!!
Laa ilaha illallahu Muhammad Rasulullah !!!

Melanjutkan estafet semangat aksi bela Islam yang semakin menggelora dibenak kaum Muslimin di Indonesia, Hizbut Tahrir Indonesia DPD-II wilayah kota Semarang melakukan agenda yang bertajuk aksi simpatik sosialisasi panji Rasulullah Saw, sabtu (11/03/2017), yang diikuti ratusan massa.

Sebagaimana diketahui dalam catatan sejarah dunia Islam, al-liwa dan ar-rayah adalah salah satu simbol negara Daulah Islam, sebuah kepemimpinan Institusi politik Islam yang dirintis oleh Rasulullah Saw, pasca hijrah nya Rasulullah Saw dan para sahabat ra dari Makkah ke Madinah, untuk mengawal penerapan Syariah Islam secara kaffah.

Dan, setelah Rasulullah wafat, Daulah Islam selanjutnya disebut Khilafah, yang menandakan bahwa kepemimpinan umum terhadap kaum Muslimin dalam institusi politik Islam bisa diteruskan oleh para sahabat ra dan generasi muslim selanjutnya, hingga akhir zaman.


Dibawah panji Rasulullah Saw, al-liwa dan ar-rayah tersebut secara politik, mengisyaratkan bahwa kaum Muslimin adalah umat yang satu, dan wajib bersatu dalam kepemimpinan umum yang satu. Haram hukumnya kaum Muslimin hidup bercerai-berai dilebih dari satu negara bersistem kuffur, sekularisme.

Bahkan, sebagaimana ijma' sahabat ra,batas waktu kekosongan kepemimpinan diberi tenggat waktu "hanya" 3 hari. Kalaupun lebih dari 3 hari, hal tersebut harus dalam kondisi sedaya dan upaya untuk bersegera bersatu dalam Daulah Khilafah Islamiyah, tujuannya agar kaum Muslimin bisa berada dalam kepengurusan berdasarkan syariah Islam kaffah.

Aksi simpatik sosialisasi panji Rasulullah yang dilakukan DPD II Hizbut Tahrir wilayah kota Semarang, merupakan bentuk edukasi politik Islam agar kaum Muslimin semakin mengenal sejarah peradaban Islam yang dirintis Rasulullah Saw, dan agar umat tidak salah paham dengan bendera berlafaz tauhid yang dalam kurun waktu belakangan di Indonesia, malah sempat dianggap bendera "asing" dan "terkriminalisasi", oleh propaganda yang dihembuskan oknum Islamo-phobia.

Aksi ini sempat mendapat apresiasi yang baik oleh masyarakat di sekitar jalur rute aksi. Ada yang turut merekam melalui smart-phone mereka. Termasuk ada yang sengaja berfoto dengan berlatar bendera tauhid.

Meskipun jalur rute aksi simpatik mengambil start Lawang Sewu-Vidiotron Pahlawan, adalah jalan utama berkondisi padat lalu lintas, namun berkat kordinasi komandan barisan aksi dan pengawalan pihak kepolisian, barisan panjang peserta aksi tetap tertib aman terkendali.

Dan yang membuat semangat semakin berkobar adalah tabligh memperkenalkan panji Rasulullah Saw secara silih berganti oleh para Ustadz yang berorasi dan tuntunan lafaz tahlil dan takbir diserukan disela-sela perjalanan.

Selain itu, cuaca ekstrim berupa turunnya hujan deras secara tiba-tiba dan gemuruh guruh di kala aksi simpatik sosialisasi panji Rasulullah Saw, tetap tidak menyurutkan langkah ratusan massa yang terlihat mulai basah kuyup kedinginan.


Secara umum suasana aksi bisa diterima dengan baik di wilayah kota Semarang, hal ini berkat kordinasi yang baik dari berbagai pihak, baik pihak Hizbut Tahrir di wilayah Kota Semarang dan pihak keamanan, sampai aksi tersebut berakhir dan ditutup dengan doa.

Semoga, hal ini bisa menjadi hujjah dihadapan Allah Swt, bagi siapapun para pendukung kembalinya institusi politik Islam Khilafah yang sudah dijanjikan Allah, akan hadir kembali ditengah umat. Bagi kaum Muslimin cukuplah kabar gembira dari Rasulullah Saw terkait hadirnya Khilafah, menjadi motivasi untuk istiqomah dalam perjuangan dakwah Islam fii sabilillah semampu-mampunya. Allahumma Aamiin. []

Oleh: Yuli S Ridwan, S.H.
[ aktivis hizbut tahrir indonesia ]

UsaBersyariah.Com --- Bukit Tranggulasih yang terkenal sebagai bukit Cinta, Ahad pagi, 5 Maret 2017 telah terjadi fenomena yang tidak biasa. 

Puluhan bendera berwarna hitam, bertuliskan lafadz Tauhid, “Laa ilaaha illallaah” yang dipanggul oleh puluhan orang dari berbagai kalangan, baik tua, muda maupun anak-anak seakan memudarkan nuansa magis-erotis dan merubahnya menjadi suasana syahdu yang kental dengan ruh keimanan dan perjuangan. 


Medan yang terjal dan pagi yang dingin, tidak menyurutkan sedikitpun langkah mereka dari haluan demi Syi’ar Panji Rasulullah yang akan membawa perubahan “Minadz dzulumaati ila annuur” seperti cerahnya sunrise di puncak bukit Tranggulasih.

Kegiatan ini merupakan salah satu acara dari serangkaian acara yang digelar oleh DPD II Hizbut Tahrir Banyumas dalam rangka Sosialisasi Panji Rasululloh yang di awali dengan forum diskusi “Jagongan Dakwah”, lalu dilanjutkan dengan Sholat Tahajjud bersama, dan diakhiri dengan “Tadabbur Alam” ke bukit Tranggulasih.

Efek dari acara ini sangat baik dari para pengunjung. Tampak puluhan pasangan muda-mudi yang semalam telah bermalam, maupun yang datang dini hari segera mengambil gambar dan video. Beberapa tampak heran, dan sebagiannya lagi, misalnya rombongan mahasiswi STAIN bertanya asal-usul kafilah ini. 

Salah satu panitia, Ustadz Rio Taslim menjawab, “Kami dari kampus Hizbut Tahrir Indonesia. Silahkan membuka website dan ketik Panji Rasulullah, anda akan mendapat keterangan yang lengkap atau silahkan untuk mengunjungi kantor kami di Pabuaran,” ujarnya.

Salah satu peserta dari kalangan pengusaha, H. Edi menyampaikan bahwa acara seperti ini sangatlah bagus, dan beliau berharap acara seperti ini sering-sering diadakan diberbagai tempat. Tampak pula salah satu peserta sepuh dari kalangan ulama, Kyai Anshor dari Kemutug Lor terlihat sangat antusia, bahkan terlihat paling semangat diantara peserta lain yang masih muda yang terseok-seok menunjukkan efek ruhiyah yang besar dari acara ini, terutama bagi orang-orang yang mau jujur merasakannya.

Bukit Tranggulasih

“Medan yang cukup ekstrim dan dengan bekal baterry yang hanya satu adalah sebuah kesulitan tersendiri”, kata Nur Rohman awak UAV yang bertugas mengambil gambar aerial. Ini adalah terbang pertama dibukit dan melakukan beberapa manouver yang diminta panitia. Namun demikian, hal tersebut tidak menghalanginya untuk menghasilkan gambar-gambar udara yang dramatis.

“Al Liwaa dan Ar-Raayah, adalah bendera umat Islam dan kita disatukan di bawah panji tersebut hari ini dan di akherat kelak”, kata Ust. Dash Shameel. “Oleh karenanya masyarakat sangat perlu familiar dengan panji ini sehingga tidak mudah dipecah-belah dengan sentimen ashobiyyah, dan untuk itulah rangkaian acara ini dibuat”, lanjutnya. (dash/Abad Khilafah/sumber)

UsaBersyariah.Com --- Pendidikan adalah metode untuk menjaga akidah. Maka ketika pendidikan dipisahkan dari agama, tamatlah riwayat agama. Demikian uangkap Fika Komara Anggota Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir Wilayah Asia Tenggara dalam Konferensi Perempuan Internasional yang bertema “Khilafah dan Pendidikan, Menghidupkan Kembali Masa Keemasan” di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Sabtu (11/3/2017).



“Tsaqofah Islam yang dihapuskan dari pendidikan, tenggelamlah umat, terhapuslah identitas umat,” katanya di hadapan 1700 lebih tokoh pendidikan dari dalam maupun luar negeri yang hadir.

Menurut Fika yang membuat tujuan pendidikan dunia Islam mengalami krisis berawal dari tujuan pendidikan Barat yang memutus hubungan dengan otoritas wahyu, otoritas nash. “Seharusnya anak didik mencintai tsaqofah Islam, tetapi tsaqofah Islam dicerabut dari kurikulum pendidikan,” tegasnya.


Padahal, kata Fika, peradaban manusia berjalan tanpa bimbingan wahyu. Manusia berjalan dalam kegelapan. “Masalah pendidikan bukan sekadar kerusakan infrastruktur, kurangnya fasilitas, tapi rusak dari akarnya,” kata Fika.

Ada tiga tujuan rusak dalam pendidikan saat ini, yaitu tujuan pendidikan asing, kapitalisasi atau komersialisasi dan pendidikan yang gokus pada kesuksesan individual.


Kondisi itu kini juga terjadi di dunia Arab. Sekulerisasi di sana luar biasa. Seperti munculnya perubahan kurikulum melalui konferensi tingkat tinggi lembaga internasional, dihapuskannya kurikulum konten tauhid.

“Seperti dihapuskannya kurikulum jihad di Palestina dan negeri Islam lainnya. Gelombang yang menerjang sama di dunia Islam,” tegasnya. Inilah fakta sekulerisasi pendidikan yang membahayakan dunia Islam.

UsaBersyariah.Com --- Para ibu menjadi korban dampak korosif nilai-nilai yang demokrasi dimiliki Barat untuk dipraktekkan di Indonesia terhadap masyarakat, mulai dari kemiskinan yang telah diciptakan Kapitalisme secara nasional dan internasional hingga pengaruh destruktif yang dimiliki oleh kebebasan Barat terhadap kehidupan individu dan keluarga. Hari ini Indonesia terancam menderita sebuah epidemi kehancuran keluarga, kriminalitas, alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, pengabaian terhadap orangtua, depresi, kejahatan terhadap anak dan aborsi.


Sehubungan dengan status perempuan, banyak perempuan menghadapi kekerasan domestik, perempuan mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya atau partnernya, tingginya pelecehan seksual di tempat kerja, dan diskriminasi terhadap perempuan masih mewabah dalam kehidupan publik meski sedemikian banyak tagihan kesetaraan. Masalah-masalah ini telah dimunculkan oleh nilai-nilai sekuler dan liberal yang mempromosikan agar individu hidup sebagaimana keinginannya, menjalin hubungan apapun sesuai kemauannya, melakukan apapun yang diinginkan dan memperlakukan siapapun seperti yang dimaui tanpa akuntabilitas terhadap apapun selain keinginan dan kemauannya.

Islam menjawab kebrutalan kapitalisme dengan konsep yang sempurna, Islam merupakan agama sempurna yang memuliakan dan mengagungkan kedudukan wanita dengan menyamakan mereka dengan kaum laki-laki dalam kewajiban bertauhid kepada Allah, menyempurnakan keimanan, menjalankan hukum-hukum syariat, dalam perkara pahala dan siksaan serta terhadap hukum-hukum Islam. Sebagaimana Islam juga sangat memperhatikan hak-hak kaum perempuan dan mensyariatkan hukum-hukum yang agung untuk menjaga dan melindungi mereka. Wanita muslimah memiliki kedudukan yang mulia dalam Islam. Secara fisik, perempuan berbeda dengan laki-laki, wanita diberi kelebihan oleh Allah dengan fitrah melahirkan dan menyusui, sehingga disandarkan kepadanya banyak tugas.

Ibu merupakan sosok wanita yang sangat berjasa dalam mendidik keluarga. Peran wanita sebagai ibu dan pengatur rumah tangga bukanlah pekerjaan yang ringan. Mengurus suami, pekerjaan rumah, hingga mengurus buah hatinya dibutuhkan keahlian, kecerdasan, ketekunan dan kesabaran yang lebih. Tak salah jika ada ungkapan bahwa dibalik pria yang agung ada wanita agung di belakangnya. Jika ada lelaki yang menjadi ulama, tokoh cendekia, atau tokoh ternama, lihatlah siapa wanita dibalik kesuksesannya. Kesuksesannya tidak bisa dilepaskan dari peran ibu atau istrinya. Begitu juga dalam mendidik anak, karakter anak sangat ditentukan oleh didikan yang diberikan oleh orang tua, khususnya ibu yang hampir 24 jam membersamai buah hatinya. Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Sejak dalam kandungan, bagaimana perlakuan ibu yang diberikan kepada buah hatinya. Hingga sampai melahirkan, peran ibulah yang mendominasi bagi perkembangan anak nantinya. Generasi adalah penerus bangsa, kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas dari generasi-generasinya. Rusaknya suatu bangsa disebabkan rusaknya generasi. “Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya.” [Dinukil oleh Syekh Shaleh Al-Fauzan dalam kitab Makanatul Mar’ati fii Islam, hlm. 5]

Sebagaimana krusialnya peran ibu, dibutuhkan bekal dan pola pendidikan yang baik. Sehingga perempuan dapat berperan sebagaimana mestinya. Islam memiliki seperangkat konsep pengaturan peran wanita dalam mencetak generasi cemerlang. Peran utama perempuan adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Kewajiban ibu dalam mendidik anak-anaknya yaitu dengan membekali mereka aqidah Islam. Dengan bekal aqidah Islam, maka nantinya akan lahir generasi-generasi cemerlang. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang wanita agar mampu mengemban tugasnya, diantaranya :

Pertama, berusaha memperbaiki diri. Jika ingin mencetak generasi yang cemerlang, maka dimulai dari dirinya sendiri seorang wanita senantiasa berusaha memperbaiki diri. Baiknya wanita inilah nantinya dapat mengarahkan anak-anaknya ke arah yang baik. Senantiasa membimbing dirinya sesuai dengan Islam. Menjadikan Islam sebagai pedoman segala perbuatan. Kita bisa jadikan contoh para shahabiyah yang selalu membimbing dirinya dengan Islam, sehingga lahirlah orang-orang besar pembela Islam. Zubair Bin Awwam, pemimpin dakwah Islam dalam usia 15 tahun, Sa’ad bin Abi Waqash, seorang ksatria berkuda Muslimin paling berani saat usianya menginjak 17 tahun, Thalhah bin Ubaidillah, singa podium yang handal, pelindung Nabi saat perang Uhud berkecamuk dengan tujuh puluh luka tusuk tombak, Zaid bin Tsabit, mendaftar jihad fii sabilillah sejak usia 13 tahun, juga Usamah bin Zaid, menjadi panglima perang diusia ke-20 dan memimpin armada perang menggempur Negara adikuasa Romawi di perbatasan Syiria dengan kemenangan gemilang, selain itu ilmuan-ilmuan muslim seperti Ibnu Sina, al-Khawarizmi dan masih banyak lagi lainnya. Mereka adalah para generasi yang dididik dengan Islam, kemuliaan di dunia didapatkan juga pahala yang besar di sisi Allah swt.

Kedua, menjadi teladan yang baik. Menampilkan teladan yang baik dan dalam sikap dan tingkah laku di depan anak didik termasuk metode pendidikan yang paling baik dan utama. Bahkan, pengaruh yang ditimbulkan dari perbuatan dan tingkah laku yang langsung terlihat terkadang lebih besar daripada pengaruh ucapan. Biasanya, anak lebih suka dan mudah meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Sehingga dengan karakter anak yang suka meniru, maka orangtua harus selalu memberikan teladan yang baik, agar anak selalu terbiasa melakukan hal-hal baik sebagaimana yang diperintahkan oleh Islam. Jika seorang ibu tidak memakai hijab ketika keluar rumah, senang bergaul dengan laki-laki bukan mahram, sering berkata yang tidak baik dan lain sebaginya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktek (nyata) bagi anaknya.

Ketiga, memilih metode pendidikan yang bagi anak. Keberhasilan dalam pembinaan, susah mudahnya adalah kemudahan dari Allah swt., sebagaimana firman Allah swt. “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya.” (TQS. Ath-Thalaq: 4). Sudah menjadi kewajiban seorang ibu muslimah untuk mendidik anaknya sesuai dengan syariat Islam, dengan demikian maka Allah akan memudahkan segala urusan (mendidik anak) agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah calon penghuni surga. Metode yang benar dalam mendidik anak yaitu dengan mengajarkannya sejak dini untuk menaati perintah Allah dan menjauhi larangannya. Kewajiban yang pertama yaitu dengan menanamkan ideologi tentang iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para rasul, hari akhirat, dan mengimani takdir Allah yang baik dan buruk, juga memperkokoh pemahaman tauhid yang murni agar menyatu dalam relung hatinya.

Kemudian mengajarkan rukun-rukun Islam, kewajiban melaksanakan shalat, mengajarkan anak dengan ayat-ayat al-Qur’an, melatih untuk menutup aurat, mengenalkan hal-hal dan perbuatan yang harus dijauhinya dan lain sebagainya. Penanaman nilai-nilai Islam sejak dini akan selalu melekat dalam diri mereka hingga dirinya menjadi dewasa nanti. Berakhlak mulia, memiliki kepribadian Islam, bersikap ramah kepada sesama merupakan sosok anak yang berkarakter mulia yang nantinya akan menjadi penentu kemajuan masyarakat, Negara bahkan dunia. Kemajuan dan kemunduran suatu peradaban ditentukan oleh generasinya.

Keempat, kesungguhan dan keseriusan dalam mendidik anak. Anak merupakan amanah dari Allah yang dititipkan kepada orangtua. Titipan dari Allah tentunya harus dijaga sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Sehingga nantinya ketika di akhirat, orangtua bisa mempertanggungjawabkan semua yang telah dilakukannya dalam mendidik anaknya di hadapan Allah. Mendidik anak agar memiliki kepribadian Islam adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Sikap mental anak yang masih labil, belum bisa membedakan baik dan buruk, membutuhkan pengawasan yang penuh dari orangtua. Dibutuhkan bekal ilmu yang cukup bagi orangtua agar dalam melakukan proses pendidikan dilakukan dengan niat dan cara yang benar. Sehingga dibutuhkan kesungguhan dan keseriusan dalam mendidik anak. Dari kesungguhan dan keseriusan itulah nantinya akan berbuah manis, kenikmatan tidak hanya didapatkan di dunia namun di akhirat juga akan didapatkan. Orangtua yang berusaha mendidik anaknya sesuai dengan Islam, maka orangtua telah berusaha sebaik mungkin dalam menjaga amanah Allah. Semoga para orangtua dimudahkan dalam mendidik putra putrinya agar menjadi generasi cemerlang, unggul dan berkepribadian Islam.[]

UsaBersyariah.Com --- Tidak kurang dari 1750 tokoh pendidikan memadati Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Sabtu (11/3/2017) guna hadiri Konferensi Perempuan Internasional dengan mengambil tema “Khilafah dan Pendidikan Menghidupkan Kembali Masa Keemasan”. Peserta sebagain besar adalah tokoh masyarakat, intelektual, aktivis pendidikan, penggerak pendidikan dan para tokoh pendidikan Ormas dan Orpol dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Konferensi ini direncanakan akan berlangsung dari jam 08.00 – 17.00 WIB nanti.

Konferensi Perempuan Internasional Dipadati 1700 Tokoh Pendidikan

Konferensi yang diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) bersama dengan Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir ini bertujuan untuk menyadarkan umat Islam yang menjadi penyebab krisis pendididkan di negeri-negeri muslim. Menyajikan sebuah visi kebijakan pendidikan Khilafah dan prektek membangun sistem pendidikan kelas satu yang akan menghidupkan kembali generasi emas yang berilmu dan menciptakan peradaban mulia. Serta memberikan panduan tentang metode mewujudkan kembali peradaban emas Khilafah Islamiyah.

Masulah Ammah MHTI Ratu Erma Rahmayanti membuka acara dengan memaparkan, untuk menjajah dunia Islam, Barat meng’install’ pendidikan dengan metode dan materi yang menjauhkan muslim dari aqidahnya, dari warisan tsaqafah, serta menghalangi kebangkitan dan kemajuannya.

“Pada saat yang sama, mereka menjadikan muslim mengagungkan sekularisme, liberalisme, dan ide-ide lain yang bukan dari Islam,” katanya.

Konferensi Perempuan Internasional Dipadati 1700 Tokoh Pendidikan

Putra-putri negeri Muslim menjadi kelinci percobaan dalam laboratorium-laboratorium yang jauh berbeda dari habitat asal kaum Muslim. “Mereka dilatih dengan cara Barat, yakni menjadikan ilmu pengetahuan jauh dari penerapan praktis, dan menggantinya dengan pelajaran akademis yang menyalahi metodologi pengajaran Islam yang benar,” paparnya.

Maka, konferensi hari ini menjelaskan dengan gambkang tujuan pendidikan yang benar menurut Islam, penyebab terjadinya krisis pendidikan hari ini, dan bagaimana Khilafah menyelenggarakan pendidikan sehingga umat ini mencapai abad keemasan. “Kami juga akan menggambarkan profil sekolah dan pendidikan tinggi dalam sistem Islam, metode pembelajaran, dan pentingnya Bahasa Arab, serta strategi-strategi pendidikan bagi generasi muslim hari ini sebelum sistem Khilafah yang kedua tegak kelak,” katanya.

Konferensi Perempuan Internasional Dipadati 1700 Tokoh Pendidikan

Hadir sebagai pembicara Fika M Komara (Anggota Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir), Muslimah Asy-Syami (Anggota Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir), Dr. Nazreen Nawaz (Direktur Divisi Muslimah pada Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir), Nida Saadah (Anggota Dewan Pimpinan Pusat Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia), Zehra Malik (Anggota Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir), Najah As-Sabateen (Wilayah Yordania), Dr. Ummu Sumayyah Ammar (Ketua Muslimah Hizbut Tahrir Malaysia), Shadia As-Sayadi (Anggota Hizbut Tahrir di Wilayah Tunisia), dan Yasmin Malik (Anggota dari Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir).

Konferensi dibuka tepat jam 08.30 diawali dengan tampilan nasyid yang menggambarkan tentang kesatuan umat dan pembacaan ayat suci al-Quran.[mhti]

UsaBersyariah.Com --- Pendidikan Khilafah bersifat unik, hebat dan tak tertandingi. Demikian tegas dr. Nasreen Nawaz dari Divisi Muslimah Kantor Pusat Hizbut Tahrir dalam Konferensi Perempuan Internasional “Khilafah dan Pendidikan, Menghidupkan Kembali Masa Keemasan” di Balai Sudirman, Jakarta, Sabtu (11/3/2017).


Nasreen menjabarkan hebatnya visi pendidikan era Khilafah. Menurutnya ada tiga tujuan utama pendidikan Islam, yakni pertama, membangun syakhsiyah Islam.Terlebih dahulu anak didik dibangun aqidah Islamnya sebelum mempelajari ilmu-ilmu lainnya.

Kedua, mengajarkan keterampilan dan pengetahuan praktis untuk kehidupan. Para siswa diajarkan keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka. Seperti matematika, sains umum, serta pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan berbagai alat dan penemuan.

“Misalnya peralatan listrik dan elektronik, komputer, peralatan rumah tangga, alat-alat pertanian dan industri, dan sebagainya,” bebernya di hadapan 1700 lebih tokoh pendidikan dalam dan luar negeri yang hadir.

Mereka juga, kata Nasreen akan diajarkan olahraga yang bermanfaat seperti berenang dan memanah, dan setelah baligh mereka akan dilatih dalam keterampilan militer di bawah pengawasan tentara.

Nasreen melanjutkan, tujuan pendidikan era Khilafah yang ketiga adalah mempersiapkan siswa untuk memasuki pendidikan tinggi atau universitas. Mempersiapkan siswa untuk memasuki universitas dengan mengajarkan ilmu-ilmu utama yang menjadi prasyarat, apakah ilmu budaya (tsaqafah) seperti fiqh, bahasa Arab, atau Tafsir al-Quran, ataupun ilmu empiris seperti matematika, kimia, biologi, atau fisika.

“Tujuannya untuk menciptakan kepribadian-kepribadian yang terhormat, para ulama, ilmuwan, dan pakar dalam setiap bidang kehidupan untuk menegakkan Khilafah sebagai negara adidaya dunia yang terdepan dan berpengaruh,” tandasnya.

Untuk mencapai hal ini, lanjut Nasreen, metode dan gaya pengajaran yang digunakan adalah yang menginspirasi dan menstimulus pemikiran yang mendalam. Sebagai contoh, ilmu-ilmu empiris akan diajarkan dengan cara membangun kemampuan analisis.

“Selain itu, topik-topik diterapkan untuk memecahkan masalah kehidupan nyata dan dipelajari untuk mendapatkan manfaat guna melayani kepentingan dan isu-isu penting umat,” katanya.

Tiga tujuan pendidikan tersebut akan berjalan melalui setiap tahapan sekolah, dengan setiap tahap berlanjut pada tingkat-tingkat yang dicapai sebelumnya, menjamin kelangsungan pendidikan dari pendidikan dasar sampai menengah.

Ia menambahkan, kurikulum pengajaran integral yang holistik ini akan menciptakan kepribadian Islam holistik yang mulia. “Baik dalam pemahaman dien mereka maupun sifat-sifat dunia ini, siap dengan pondasi yang diperlukan untuk memasuki studi yang lebih tinggi,” tegasnya.

Selanjutnya di level perguruan tinggi, tujuannya adalah untuk memperkuat dan memperdalam kepribadian Islam para mahasiswa. Menjadikan mereka para pemimpin yang menjaga dan melayani masalah-masalah penting umat. “Seperti memastikan pelaksanaan Islam yang benar, mengoreksi kepemimpinan, mengemban dakwah, dan menghadapi ancaman-ancaman terhadap persatuan umat, dien, atau Khilafah,” katanya.

Pendidikan tinggi, lanjut Nasreen, juga berusaha untuk menghasilkan berbagai gugus tugas yang mampu mengurus kepentingan-kepentingan vital umat ini seperti menjamin makanan, air, perumahan, keamanan, dan kesehatan yang cukup dan berkualitas bagi masyarakat, serta untuk menghasilkan cukup dokter, insinyur, guru, perawat, penerjemah, dan profesi-profesi lainnya untuk mengurus urusan umat.

Visi pendidikan dalam Kilafah yang unik, hebat dan tak tertandingi itulah yang ditawarkan Hizbut Tahrir untuk diterapkan, menggantikan sistem pendidikan sekuler.(mhti)

Kunjungan Raja Salman bin Abdul Aziz Ali Saud ke Indonesia mendapat sambutan yang gegap gempita. Kunjungan ini juga melambungkan berbagai ekspektasi dari berbagai pihak.

Yang penting dipahami adalah apa sebenarnya misi dari tur Raja Salman ke Asia itu. Perlu diketahui, kunjungan ke Indonesia ini merupakan bagian dari tur Raja Salman ke Asia. Sebelum ke Indonesia, Raja Salman sebelumnya berkunjung ke Malaysia dengan membawa rombongan sebanyak 600 orang. Setelah dari Indonesia, Raja Salman akan berkunjung ke Jepang, lalu China, berikutnya berlibur ke Maladewa selama dua pekan dan terakhir ke Yordania baru pulang ke Saudi.


Di Malaysia, Raja Salman menandatangani kesepakatan kerja sama strategis antara Aramco dan Petronas. Selain itu, Salman juga menawarkan rencana penjualan perdana (IPO) saham Saudi Aramco. Raja Salman berharap mendapat calon pembeli potensial untuk membeli saham Aramco saat IPO pada 2018 mendatang.

Kunjungan ke Indonesia dianggap banyak pihak sebagai kunjungan yang historis. Pasalnya, ini adalah kunjungan Raja Saudi sejak 46 tahun lalu. Agak janggal, katanya, tidak ada kunjungan Raja Saudi ke Indonesia, negeri muslim terbesar, selama 47 tahun. Apalagi, dalam kunjungan ini, Salman ditemani rombongan hingga 1500 orang, di antaranya 25 orang pangeran dan 10 menteri.

Seperti yang diungkapkan oleh Seskab Pramono Anung, Raja Salman akan berada di Indonesia selama sekira sembilan hari. Tiga hari akan diisi dengan agenda di Jakarta dan sisanya sekira enam hari di Bali. Raja Salman disambut langsung oleh Presiden Jokowi di bandara Halim Perdana Kusuma dan langsung menuju ke Istana Bogor melalui jalur darat dan melakukan pertemuan bilateral kurang lebih selama 2 jam.

Sore hari Raja Salman akan kembali ke Jakarta dan menginap di Hotel di kawasan Setiabudi Jakarta. Esok harinya, 2 Maret, Raja Salman dijadwalkan berpidato di DPR. Setelah itu mengunjungi masjid Istiqlal dan malamnya bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tanggal 3 Maret diisi dengan agenda pribadi. Tidak ada informasi mengenai apa saja agenda pribadi sehari Raja Salman di Jakarta itu. Barulah tanggal 4 Maret, Raja Salman dan rombongan akan berada di Bali hingga 9 Maret.

Kepala Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (Ikatan Agen tour dan Perjalanan Indonesia), I Ketut Ardana, menjelaskan, dari informasi yang diterimanya Raja Salman telah memesan Hotel The St Regis Resort, The L Resort and Spa, Hilton Bali Resort, dan The Ritz Carlton. “Empat hotel itu tempat menginap rombongan Raja Salman selama berlibur di Bali mulai 4-9 Maret depan,” kata Ardana di Kuta, Minggu, 26 Februari 2017.

Jadi kunjungan 9 hari ke Indonesia juga bisa dikatakan sebagai liburan massal rombongan Raja Saudi ke Bali. Sebab dari 9 hari waktu kunjungan, yang lebih banyak merupakan liburan, yaitu 6 hari. Begitupun, anggota rombongan yang ikut menyertai agenda resmi Raja Salman sangat kecil dibanding jumlah rombongan yang mencapai 1500 orang. Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, delegasi resmi yang akan melekat pada Raja Salman tidak sampai ribuan orang. 

Ia menyatakan, “daftar delegasi mereka yang resmi sampai 112 orang, termasuk 19 prince (pangeran) dan 7 menteri” (liputan6.com, 1/3). Sementara yang menyertai Raja Salman ke Istana Bogor untuk bertemu dengan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla lebih sedikit lagi. Menurut Kepala Sekretariat Presiden, Darmansjah Djumala, dari 1500 rombongan raja Salman hanya 35 orang delegasi dan 50 perangkatnya yang menyertai raja Salman ke Istana Bogor.

Usai berkunjung ke Indonesia, dilansir dari The Asia One, Raja Salman akan melanjutkan perjalanan ke Jepang dari 12 sampai 14 Maret.

Raja Salman diperkirakan menghabiskan dua minggu terakhir bulan Maret untuk berlibur di Maladewa. Koran lokal, Mihaaru melaporkan, tiga resort telah disediakan untuk mereka tinggal (liputan6.com, 27/2).

Agenda Investasi

Kunjungan ke Indonesia kali ini merupakan tindak lanjut dari dua pertemuan yang sebelumnya telah dilangsungkan. Pertama, pada pertemuan kunjungan Presiden Jokowi ke Saudi pada Desember 2015. Pada pertemuan itu, RI dan Arab Saudi di antaranya menyepakati kerja sama di bidang pertahanan. Kemudian di bidang investasi, Arab Saudi melalui perusahaan minyaknya, Aramco, akan membangun kilang minyak di Indonesia.

Pertemuan kedua, seperti yang disampaikan Menko Ekuin Darmin Nasutian, kunjungan Raja Salman merupakan tindak lanjut dari pertemuan G20 di Hangzou tahun lalu (2016). Dalam pertemuan tersebut, ada tiga hal yang dibicarakan. Pertama, kerja sama antara Pertamina dengan Saudi Aramco yang kerja sama di ekspansi kilang. Kedua, kerja sama pariwisata, dan ketiga, kerja sama di penyediaan perumahan dengan biaya yang terjangkau. Menurut Menlu Retno Marsudi, pada pertemuan di China itu, Wakil Putra Mahkota Saudi Prince Mohammed bin Salman menyatakan komitmen Saudi untuk melakukan investasi besar-besaran di Indonesia. Dia menyebut akan melakukan mega investment.

Lebih jauh seperti diberitakan oleh Liputan6.com (1/3), dalam kunjungan kali ini Raja Salman akan menandatangani 10 nota kesepahaman (MoU) dengan RI. Seperti yang disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Armanatha Nasir, MoU itu mencakup MoU kerja sama bidang kebudayaan, MoU kerja sama kesehatan, MoU kerja sama meningkatkan status mekanisme bilateral sidang komite bersama, MoU soal dakwah dan keislaman, MoU soal pendidikan dan MoU kerja sama kelautan dan perikanan kerja sama dalam konteks food safety dan bidang kelautan, MoU soal kejahatan lintas batas seperti terorisme dan kejahatan yang lain, MoU kerja sama pelayanan udara, MoU usaha kecil menengah dan MoU kerja sama perdagangan.

Dia pun memastikan 10 belum angka final. Kemungkinan besar MoU yang disepakati bertambah banyak. Menurutnya, masih ada 10 lagi yang belum berjalan (masih proses finalisasi), jadi (kemungkinan) total 20 MoU.

Menurut dalam kunjungan kali ini Saudi juga tertarik untuk berinvestasi di bidang pengembangan infrastruktur di Indonesia. Saudi sudah menawarkan untuk turut serta dalam beberapa proyek pembangunan. Di antaranya, pembangunan jalan tol, terkait air bersih dan sanitasi, pengembangan rumah murah.

Dalam kunjungan kali ini, rencananya akan ditandatangani kerja sama Saudi Aramco dengan Pertamina tentang pengembangan fasilitas kilang minyak di Cilacap dengan nilai investasi sebesar USD 6 miliar. Juga akan ditandatangani investasi di sektor lain sebesar USD 1 miliar. Jadi total investasi yang ditandatangani dalam kunjungan kali ini mencapai USD 7 miliar. Hanya saja, investasi dari Saudi diharapkan akan mencapai USD 25 miliar atau sekira Rp 323 triliun. Tapi hal itu tidak akan sekaligus terwujud dalam kunjungan kali ini. Melainkan diharapkan akan bisa terealisasi dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan.

Jadi kunjungan Raja Salman kali ini lebih didominasi oleh agenda ekonomi atau lebih khusus investasi. Itu pula yang sudah disebutkan oleh Menko Perekonomian, Darmin Nasution bahwa kunjungan Raja Salman berpusat pada investasi.

Bahkan secara keseluruhan, tur Raja Salman ke Asia ini juga lebih didominasi agenda investasi. Di Malaysia, agenda kerja sama Saudi Aramco dengan Petronas adalah yang dominan. Demikian juga, salah satu misi ke Asia dari Raja Salman adalah mencari calon pembeli potensial untuk membeli saham Saudi Aramco yang akan ditawarkan perdana pada 2018 nanti. Saudi akan melempar 5% saham Aramco ke publik. Total yang akan didapatkan dari IPO itu sekira USD 100 miliar dana segar.

Agenda Penyelamatan Ekonomi Saudi

Kunjungan kali ini yang didominasi oleh agenda investasi menunjukkan pentingnya investasi itu bagi Saudi. Apalagi kunjungan ini dianggap historis sebab ini adalah kunjungan Raja Saudi setelah 47 tahun sejak kunjungan terakhir. Kunjungan Raja Saudi terakhir yaitu kunjungan Raja Faisal pada pada 10 Juni 1970. Kala itu Raja Faisal membawa jumlah rombongan 58 orang yang terdiri dari staf kerajaan, pengawal, wartawan Saudi, serta juru masak khusus.

Agenda investasi yang mendominasi kunjungan kali ini sangat penting bagi Saudi. Bisa dikatakan, itu adalah agenda penyelamatan ekonomi Saudi dalam jangka panjang. Hal itu karena saat ini ekonomi Saudi sedang dalam masa sulit.

Pada 5 Agustus 2015 surat kabar Finansial Times menyebutkan bahwa Saudi kembali ke pasar obligasi untuk mendapatkan 27 miliar Riyal pada akhir tahun ini. Finansial Times mengisyaratkan bahwa langkah ini menjadi bukti yang jelas bahwa anjloknya harga minyak menjadi tekanan terhadap neraca anggaran Saudi. Pada bulan Juli 2015, Fahd al-Mubarak, menteri perminyakan Arab Saudi, mengatakan bahwa Riyadh telah mengeluarkan untuk yang pertama kalinya, 4 miliar dolar obligasi lokal pada tahun 2007. Dan sekarang ada rencana-rencana baru yang menjadi perluasan besar dalam program ini (menarik utang melalui obligasi) yang diyakini oleh para bankir akan berlanjut sampai tahun 2016.

Sejak anjloknya harga minyak dunia, Saudi menghadapi krisis neraca yang besar disebabkan anjloknya harga minyak dan naiknya batas belanja militer. Besarnya krisis neraca itu sampai memaksa Saudi berutang dengan mengeluarkan obligasi untuk menutupi defisit keuangannya yang terus meningkat. Saudi telah mengeluarkan lebih dari 62 miliar dolar cadangannya dalam bentuk mata uang asing pada tahun 2015. 

Saudi berutang 4 miliar dolar dari bank lokal pada Juli 2015. Saudi mengeluarkan obligasi pertama tahun 2007. IMF mengestimasi, defisit di neraca anggaran Saudi mencapai 20% dari PDB pada tahun 2015. Defisit akan terus terjadi sampai tahun 2020. 

 Bagi negara yang biasa mengalami surplus keuangan, perubahan ini akan menjadi penderitaan. Estimasi dari Capital Economics menunjukkan bahwa pemasukan pemerintah akan menurun 82 miliar dolar pada tahun 2015, setara 8% dari PDB. Faktor utama dari adanya tekanan ini adalah anjloknya harga minyak dari 107 dolar per barel pada bulan Juni 2014 menjadi 44 dolar per barel pada Agustus 2015. Total penurunan itu sebanding dengan setengah dari produk ekonomi negara dan 80 persen dari pemasukan pemerintah dari industri minyak.

Penurunan harga minyak bukan satu-satunya sebab memburuknya perekonomian Saudi. Dana mulai mengalir keluar dari Saudi setelah musim semi arab (arab spring) seiring dengan aliran pokok modal, mencapai 8 persen dari PDB pertahun sampai sebelum anjloknya harga minyak. Sejak saat itu, hangusnya cadangan mata uang asing Saudi terjadi makin cepat. Hal itu mencapai puncaknya pada Agustus 2014 dimana total belanja mencapai 737 miliar dolar dan cadangan menurun menjadi 672 miliar dolar pada Mei 2015, artinya menurun minimal 12 miliar dolar dalam sebulan.

Semua itu masih ditambah dengan besarnya dana yang disedot untuk proyek-proyek politik-militer di luar negeri, seperti intervensi militer di Yaman dan intervensi di Suriah. Juga belanja militer yang tidak ada tanda akan menurun. Semua faktor secara gabungan menjadi tekanan besar bagi neraca keuangan Saudi dan tekanan besar bagi dana cadangan mata uang asing Saudi.

Meski demikian tetap saja banyak belanja Saudi yang tidak prioritas dan cenderung berlebihan. Misalnya, biaya membeli keamanan dalam negeri dan harga loyalitas yang mencapai 32 miliar dolar. Juga liburan mewah ke Prancis yang diikuti oleh 1.000 orang rombongan, tentu biayanya sangat besar (bagaimana dengan liburan sepekan ke Bali kali ini dengan rombongan 1500 orang? Dan liburan ke Maladewa selama dua pekan). Berdasarkan tingkat belanja seperti itu, cadangan Saudi mungkin saja akan menurun menjadi 200 miliar dolar pada akhir tahun 2018.

Arab Saudi adalah negara pengekspor minyak tertinggi di dunia dan perekonomiannya adalah yang terbesar di regional Arab. Selama ini pemasukan Saudi banyak bergantung dari minyak. Bahkan pernah tercatat 90 persen dari pendapatan Saudi dihasilkan dari sektor minyak.

Masalah besar terjadi sejak pertengahan 2014 ketika harga minyak dunia anjlok. Bahkan, di pertengahan 2016 harga minyak dunia terjun bebas dan merupakan yang paling buruk dalam 12 tahun terakhir. Akibatnya, Arab Saudi mengalami defisit sebesar lebih dari Rp 900 triliun pada 2015 lalu. Untuk negara yang sangat bergantung pada minyak, penurunan harga sedikit saja sangatlah berpengaruh terhadap pendapatan negara.

Harga minyak yang turun dari US$ 90/barel di tahun 2010 menjadi US$ 40-US$ 50/barel akhir-akhir ini berpengaruh besar pada Arab Saudi. Menurut Rusli Abdulah, pengamat ekonomi dari INDEF ( (Institute of Development and Economics and Finance), ekonomi Saudi sebenarnya saat ini dalam keadaan buruk. Defisitnya terhadap GDP Arab Saudi itu sekitar -11,7% di tahun 2016. Itu neraca anggarannya. Tetapi kalau dibandingkan di tahun 2010, defisitnya tidak sampai dua digit, tetapi hanya satu digit.

Pemasukan dari minyak yang menurun drastis sejak 2011 lalu itu membuat sumbangan sektor industri yang didominasi minyak menurun drastis. Peran industri yang sebagian besarnya industri minyak itu sekira 58,8% di tahun 2010, lalu turun menjadi 45,9% di tahun 2015 dan turun lagi menjadi di bawah 45% pada tahun 2016.

Akibat dari terpangkasnya pemasukan dari minyak itu, angka pertumbuhan Saudi juga ikut terpangkas. Pada tahun 2011, ekonomi Saudi tumbuh sebesar 9,96%, kemudian mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 3,49% dan pada 2016 kembali turun menjadi 1%.

Di sisi lain, Saudi tetap tidak mau mengurangi angka liftingnya agar harga minyak naik kembali supaya pemasukan dari minyak bisa naik. Kemungkinan, kepentingan politik untuk “menghambat” pesaingnya yakni Iran yang juga banyak ditopang oleh minyak, lebih besar dari kepentingan Saudi untuk menaikkan pemasukan dengan kenaikan harga minyak. Sebab, jika harga minyak naik, Iran juga akan mendapat manfaat tidak sedikit dari kenaikan itu. 

Apalagi, sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran sudah dicabut sebagai imbalan atas tunduknya Iran dalam isu nuklir kepada PBB khususnya Amerika. Jika Saudi mengurangi lifting dan dengan itu harga minyak naik kembali, boleh jadi justru Iran yang mendapat keuntungan lebih banyak. Di samping itu, penurunan lifting dan kenaikan pemasukan karena kenaikan harga minyak merupakan cara instan, cara dagang, bukan cara jangka panjang yang bisa memberikan struktur ekonomi yang kuat bagi Saudi.

Karena itu jalan yang lebih baik dan sistematis adalah dengan restrukturisasi ekonomi. Arab Saudi menggulirkan agenda sangat ambisius yang disebut dengan Vision 2030 pada 2016. Tujuannya, dalam waktu 14 tahun Saudi bisa mengembalikan kondisi ekonomi dengan mengandalkan sektor-sektor lain selain minyak.

Untuk tujuan itu, Arab Saudi harus melakukan diversifikasi ekonomi ke bidang lain -termasuk jasa-. Seperti dilaporkan The Economist, sejak 2016, pemerintah Arab Saudi sudah mengumumkan bahwa negaranya tak ingin lagi memiliki ketergantungan terhadap minyak. Artinya, Arab Saudi wajib terlibat aktif dalam perdagangan internasional dan investasi.

Diversifikasi ekonomi dan sumber pemasukan melalui investasi ke luar negeri dijadikan pilihan. Di sinilah, agenda investasi yang mendominasi agenda kunjungan ke Asia, khususnya ke Indonesia kali ini, bisa dianggap sebagai implementasi dari rencana itu. Namun, investasi merupakan rencana jangka panjang dan tidak bisa segera mendatangkan pemasukan. Sementara Saudi sendiri membutuhkan pemasukan dana segar. 

Untuk itulah, Saudi memutuskan untuk menjual sebagian saham Saudi Aramco melalui IPO pada 2018 mendatang. IPO saham Saudi Aramco nanti diprediksi akan menjadi IPO terbesar di dunia. Sebab, kalau seandainya Arab Saudi melakukan IPO 5% saja dari saham Aramco, maka pemerintah Arab Saudi akan mendapatkan dana segar sekitar US$ 100 miliar atau sekira Rp 1.300 triliun (kurs 1 USD Rp 13.000). Disinilah arti penting tur Raja Salman ke Asia kali ini, yang salah satu misi utamanya adalah mencari calon pembeli potensial untuk IPO saham Saudi Aramco pada 2018 mendatang.

Dari sini, bisa dilihat bahwa tur Raja Salman ke Asia termasuk kunjungan ke Indonesia kali ini merupakan bagian dari agenda penyelamatan ekonomi Saudi.

Menimbang Investasi Saudi ke Indonesia

Ada sebagian pihak memiliki ekspektasi, investasi Saudi sebesar USD 25 miliar atau sekitar Rp 323 triliun, akan bisa menggusur cengkeraman China. Karena itu, kedatangan Raja Salman saat ini dianggap sebagai penyelamatan negeri ini dari cengkeraman China.

Pada paparan di atas, malah terlihat sebenarnya kunjungan saat ini lebih merupakan agenda penyelamatan ekonomi Saudi.

Dalam kaitannya dengan penanaman modal langsung ke Indonesia, menurut BKPM, Arab Saudi berada di peringkat 25 di tahun 2015 dengan nilai US$ 30,36 juta atau Rp 400 miliar. Namun di tahun 2016 turun di urutan ke-57 dengan besaran US$ 0,9 juta atau Rp 120 miliar.

Pertanyaannya, kenapa tiba-tiba kali ini Saudi melipatgandakan investasinya ke Indonesia? Faktor sentimen keislaman boleh jadi ada perannya meski tidak signifikan. Alasan prospek ekonomi mungkin lebih dominan.

Amerika Serikat, dengan Trump sebagai presidennya yang menerapkan kebijakan America First, dan mengancam akan mengenakan pajak yang besar untuk investasi luar negeri, tentu tidak lagi bisa menjadi pilihan menari bagi investasi Saudi. Apalagi angka pertumbuhan ekonomi Amerika juga sangat kecil.

Begitupun dengan Eropa. Eropa masih terbelit dengan krisis finansial dan ekonomi yang membelit beberapa negara anggotanya yang dampaknya menimpa seluruh negara Eropa. Angka pertumbuhan ekonomi Eropa juga sangat kecil.

Indonesia termasuk negara yang memiliki angka pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara di dunia. Apalagi, Indonesia diprediksi akan menjadi negara ekonomi nomor empat atau lima dalam beberapa tahun mendatang. Pasar Indonesia juga akan terus berkembang seiring dengan makin berkembangnya ekonomi dan bertambahnya jumlah penduduk. Dengan kondisi dan prospek perekonomian Indonesia itu, tentu menjadi tujuan investasi yang sangat menarik bagi Saudi. Apalagi dalam hal itu bisa pula dimainkan sentimen keislaman.

Di sisi lain, Pemerintah Indonesia juga sedang gencar menarik investasi luar negeri. Maka gayung pun bersambut.

Investasi Saudi yang paling mungkin adalah di sektor industri minyak dan petrokimia. Sebab selama ini memang di sektor itulah, Saudi punya pengalaman. Sementara untuk sektor lain Saudi relatif belum punya pengalaman.

Di situlah sangat masuk akal jika investasi pertama dan besar Saudi di Indonesia adalah investasi pada pembangunan kilang minyak di Cilacap bekerja sama dengan Pertamina yang akan ditandatangani dalam kunjungan kali ini.

Juga sangat masuk akal jika di antara proposal investasi yang akan ditawarkan oleh Pertamina kepada Saudi adalah pembangunan kilang Bontang. Berikutnya tampaknya juga akan sangat mungkin disusul dengan investasi-investasi lain yang utamanya di sektor petrokimia.

Investasi pembangunan kilang di Cilacap sebesar USD 6 miliar memang akan memberikan keuntungan bagi negeri ini dan Saudi. Bagi negeri ini, dengan pembangunan kilang itu bisa diharapkan akan mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM dari Singapura.

Namun investasi ini sebenarnya penting sekali bagi Saudi. Investasi ini bisa dianggap “mengunci” sebagian dari pasar minyak Saudi. Seperti diketahui, saat ini sekira 19 persen impor minyak mentah negeri ini berasal dari Saudi. Dengan dibangunnya kilang itu, maka pasokan minyak mentahnya akan didatangkan dari Saudi. 

Itu artinya, sekaligus sebagian dari pasar minyak mentah Saudi bisa dikunci dan dijamin kelangsungannya. Saudi jelas berkepentingan untuk mengamankan pasar minyak mentahnya. Saat ini, Amerika sudah tidak lagi menjadi konsumen utama minyak mentah Saudi. Amerika sudah makin mandiri memenuhi pasokan minyaknya dari produksinya sendiri baik dari minyak konvensional maupun dari minyak serpih (shale oil).

Untuk kepentingan yang sama pula, kunjungan Raja Salman ke China bisa dipahami titik pentingnya bagi Saudi. Sebab peminum terbesar minyak mentah Saudi adalah China. Selain kepentingan itu, juga ada kepentingan menjajaki calon pembeli potensial untuk IPO saham Aramco pada 2018 mendatang. Untuk yang terakhir ini, agaknya juga menjadi misi kunjungan Raja Salman ke Jepang.

Investasi Saudi Vs Cengkeraman China

Potensi investasi Saudi yang begitu besar, diharapkan mencapai USD 25 miliar atau sekira Rp 323 triliun, membuat sebagian pihak menarik ekspektasi hal itu bisa menggusur investasi dan utang dari China. Ekspektasi itu agaknya jauh panggang dari api.

Sebab, Saudi bukan membawa dana segar yang bisa digunakan sesuai keinginan Pemerintah negeri ini. Jika pun begitu, belum tentu dana segar itu akan digunakan untuk melunasi utang ke China. Sebaliknya, dana yang dibawa atau ditawarkan oleh Saudi adalah untuk keperluan investasi pada sektor-sektor dan proyek tertentu.

Lebih dari itu, investasi Saudi tidak bersinggungan dengan investasi China. Investasi Saudi akan lebih dominan di sektor perminyakan dan petrokimia. Jika pun dikabarkan akan ada investasi Saudi di sektor perumahan, dan infrastruktur, termasuk jalan tol misalnya, itu baru kabar dan belum jelas di mana dan berapa besarnya.

Jadi investasi Saudi bukan di sektor infrastruktur dan properti yang selama ini dan nantinya menjadi jarahan investasi China. Apalagi, infrastruktur di Saudi sendiri, misalnya kereta, digarap oleh China. Investasi Saudi juga tidak menjadi substitusi investasi China.

Dari semua itu, terlalu jauh jika berharap bahwa dengan investasi Saudi ini cengkeraman China akan bisa dipangkas atau bahkan dihilangkan. Sebaliknya, keduanya akan berjalan bersamaan. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. [HTI]

Oleh : Yahya Abdurrahman-LS DPP HTI

Contributors

Powered by Blogger.