UsaBersyariah.Com --- Tanggal 22 Desember yang diperingati sebagai hari ibu rupanya belum cukup “sakti’ meemperbaiki kondisi para ibu saat ini. Dalam sebuah diskusi tentang ketahanan keluarga, seorang ibu menanyakan bagaimana dengan pasutri yang berkomitmen bertukar peran?
Istri menjadi tulag punggung alias pencari nafkah sedangkan suami megambil posisi istri di rumah. Fenomena yang kerap terjadi dan semakin dianggap biasa, ada apa dengan pasutri hari ini?
Paradoks “Hari Ibu”
Tema hari ibu tahun ini, “Kesetaraan Perempuan dan Laki laki Untuk Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Kekerasan, perdagangan orang dan kesenjangan akses ekonomi terhadap perempuan”.
Menarik tapi mari melihat kenyataannya.
TRIBUNKALTIM.CO - CEO Asuransi Jiwa Lifenet, Haruaki Deguchi (67) menyebutkan ada empat peringkat negara paling banyak terdapat wanita bekerja. Peringkat pertama adalah Indonesia, lalu India, Pakistan, dan peringkat keempat Bangladesh.
Peringkat ini patut dievaluasi bukan semata dari aspek ekonomi tapi apakah berkorelasi positif terhadap perbaikan generasi, jauhnya remaja dari kehidupan yang rusak seperti free seks, aborsi, AIDS, belum lagi dari aspek penggunaan sosmed yang telah menggantikan peran Ibu sebagai pendidik pertama dan utama.
Idealnya pasangan suami istri berbagi peran, jika keduanya sama sama berperan mencari nafkah apalagi dengan waktu kerja perempuan sekitar 10 jam sehari, maka kita akan bayangkan bagaimana dengan pengasuhan anak?
Wajar muncul kekhawatiran ketika wanita turut mengambil peran sebagai pencari nafkah, akan mengancam eksistensi generasi mendatang yang berkualitas karena kurangnya pengasuhan terhadap anak, bahkan rumah berpotensi hanya sebagai “terminal” alias tempat perisnggahan semata, jauh dai makna baiti jannati.
Bagamana jika para wanita secara ekstrim bertukar “tulang rusuk” dengan laki laki sebagai pencari nafkah? Maka fitrah wanita akan tercerabut dan pengabaian hak hak anak dan suami akan mengancam lahirnya generasi yang rusak.
Seperti diberitakan Tempo.co, seorang ayah di Konawe tega menyetubuhi dua anak kandungnya masing masing berusia 9 tahun dan 13 tahun. Ketua Komisi Perlindungan anak, Arist Mrdeka sampai harus mengunjungi desa tersebut, senin 28/11/2016.
Tersangka tega berbuat bejat seperti itu dengan alasan istrinya tidak dirumah alias sedang menjadi tenaga kerja di luar negeri. Inilah harga mahal pengorbanan seorang ibu. Atas nama mencari sesuap nasi, pada akhirnya anak dan suami bahkan masyarakat menjadi korban.
Belum cukup data?
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Malang betul nasib Bunga, sebut saja begitu nama bocah 11 tahun ini. Betapa tidak, saat ibunya Siti Hairani (46) bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia, ia malah jadi budak seks Yasir (53), ayah kandungnya sendiri. Sulitnya menemukan akumulasi data kasus seperti ini baik local maupun nasional membuktikan bahwa kasus ini beserta penyebabnya, masih dianggap sebelah mata.
Melindungi “Tulang Rusuk” Wanita
Wanita adalah mahluk mulia yang diciptakan Allah untuk mendampingi laki laki, masing masing memiliki ftrah yang jika dijaga akan melahirkan kentraman bagi keduanya bakan bagi masyarakat. Bila wanita diperlakukan, bukan pada habitat fitrahnya maka tunggulah kehancuran generasi.
Minimnya pemahaman agama sebagai benteng bagi pasutri dan masyarakat saat ini membuat mereka tidak memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya yang jika ditunaikan akan mengantarkan pada sakinah dunia akhirat.
Lingkungan, gaya hidup yang memisahkan agama dari kehidupan, regulasi yang tidak memihak pada fitrah perempuan telah menjadi predator yang siap melumat sosok anggun “perempuan sebagai ibu” beserta generasi yang dilahirkannya, bahkan terkadang merubah sesama anggota keluarga menjadi mutan yang menakutkan bagi yang lain seperti fakta diatas.
Ri’ayah (pemeliharaan) adalah pengaturan urusan pihak lain yang bersifat keseharian dari semua aspek dengan jalan dan cara cara terbaik untuk merealisasi tujuan dan target yang menjamin kondisi yang lebih baik bagi kehidupan yang tentram.
Maka ri’ayah suami kepada istri adalah melindungi istri dari apa saja : dari serangan, kelaparan, kesengsaraan hidup dsb dengan tujuan untuk kebaikan istri (tuntunan kehidupan suami istri, syaikh Yusuf A. Bada’arani)
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Annisa : 34 “Kaum laki laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Atas dasar ini maka beban ekonomi sesungguhnya menjadi domain suami yang seharusnya difasilitasi oleh negara baik melalui pembukaan lapangan pekerjaan, pencegahan kecurangan, pendidikan yang memadai bukan malah menukar posisi “tulang rusuk” istri.
Fitrah istri adalah taat kepada suami, bersama anak anaknya, mengatur rumah tangganya karena dia adalah ratu, yang ketika fitrah ini disinergikan dengan posisi suami sebagai pemimpin sekaligus sebagai pencari nafkah, niscaya akan lahir generasi yang berkualitas dan secara pasti akan memperkuat ketahanan negara, menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, dan hal ini pernah terwujud dalam masyarakat Islam berabad abad silam, dimana fungsi Negara benar benar menjadi sokoguru ketahanan keluarga. Wallahu a’lam
Oleh : Naowati, S. Kom (Aktivis MHTI Sultra)
==============================
Dukung terus Opini Syariah dan Khilafah. Raih Amal Sholih dengan Ikut Serta Menyebarkan Status ini.
==============================
Jika Saudari ingin bergabung dalam perjuangan MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA silahkan layangkan pesan dengan format:
NAMA JELAS, ALAMAT LENGKAP, NO TELP/HP, ALAMAT EMAIL.
Insya Allah, Muslimah Hizbut Tahrir di daerah terdekat akan segera menghubungi.
==============================
Silahkan ikuti kami di:
www.hizbut-tahrir.or.id
Facebook : www.facebook.com/opinimhti
Twitter : www.twitter.com/women4khilafah
Instagram: www.instagram.com/muslimahhtiid
Youtube : www.youtube.com/user/MUSLIMAHMEDIACENTER
Radio CWS: www.muslimah-htichannel.blogspot.com/
Post a Comment