UsaBersyariah.Com --- Sekularisme, paham yang memisahkan agama dari kehidupan ini kian hari kian mengalami penurunan permintaan di pasaran. Sesungguhnya paham ini adalah paham yang digagas oleh pemikir barat, dalam hal ini adalah orang-orang eropa. Apabila kita melacak sejarah bangsa eropa maka sekularisme itu muncul akibat dari penyekatan yang dilakukan oleh raja dan para gerejawan atas pemikiran dan penemuan sains.


Pihak raja dan gereja eropa telah menghukum ahli sains seperti Copernicus, Gradano, Galileo dll yang mengutarakan penemuan saintifik yang berlawanan dengan ajaran gereja. Bahkan yang lebih parah, kaum gerejawan melakukan sebuah praktik amoral seperti penjualan surat pengampunan dosa, yaitu seseorang boleh membeli surat pengampunan dengan nilai uang yang tinggi dan mendapat jaminan surga walaupun berbuat kejahatan di dunia. Praktik ini dimanfaatkan oleh kaum bangsawan untuk melancarkan kesewenang-wenangan mereka atas rakyat mereka sendiri. Mereka merampas harta, mengambil tanah, membunuh rakyat dengan sangat keji hanya untuk kepuasan duniawi mereka. Setelah kezaliman yang teramat sangat itu dilakukan kemudian mereka membeli surat pengampunan dosa kepada gereja.

Kemudian muncul revolusi rakyat eropa yang menentang pihak penguasa dan agama (gereja) yang bermula dengan pimpinan Martin Luther, Roussieu dan Spinoza. Akhirnya tahun 1789 M, Perancis menjadi negara pertama yang bangun dengan sistem politik tanpa intervensi agama. Revolusi ini terus berkembang hingga di negara-negara eropa muncul ribuan pemikir dan saintis yang berani mengutarakan teori yang menentang agama dan berunsurkan rasional. Seperti muncul paham Darwinisme, Freudisme, Eksistensialisme, Ateisme dengan idea Nietche yang menganggap Tuhan telah mati dan manusia bebas dalam mengeksploitasi. Akibatnya, agama dipinggirkan dan menjadi bidang yang sangat kecil, terpisah daripada urusan politik, sosial dan sains.

Ada juga catatan bahwa sejarah yang paling kental tentang munculnya sekularisme adalah disebabkan dari bentuk kekecewaan (mosi tidak percaya) masyarakat eropa kepada raja dan agama kristen saat itu (abad 15). Di mana kristen beberapa abad lamanya menenggelamkan dunia barat ke dalam periode yang kita kenal sebagai the dark age. Padahal di sisi lain peradaban islam saat itu mencapai puncak kegemilangannya.

Ya, kemudian paham ini (sekularisme) mengakibatkan kebangkitan luar biasa di eropa saat itu. Hingga kemudian paham ini sampai ke dunia islam. Paham ini masuk dengan perlahan tapi pasti. Kebencian barat akan islam dan kaum muslimin menjadi mesin pendorong utama untuk menyebarkan paham kufur ini. Mereka yakin dengan tertanamkannya paham jahat ini akan mampu menghabisi eksistensi umat islam. Ini adalah ambisi yang begitu besar dan mendalam di dalam dada mereka.

Meski membutuhkan waktu yang tidak sebentar, berbagai propaganda dilakukan barat demi tersebarnya paham kufur ini di tengah umat islam. Mereka (barat) melakukan strategi dengan penyusupan pemikiran yang bertentangan dengan islam setelah sebelumnya mereka selalu mengalami kegagalan ketika melakukan perlawanan terhadap umat islam melalui peperangan fisik. Di akhir kejayaan islam, umat islam saat itu mengalami kejumudan berpikir hingga pintu ijtihad yang memiliki posisi strategis bagi keberlangsungan penerapan hukum islam ditutup. Hal ini menjadi perhatian besar bagi barat. Mereka melihat celah yang besar ini kemudian memanfaatkan keadaan itu untuk semakin menjauhkan umat islam dari ajaran-ajaran islam itu sendiri. Hingga kemudian terjadilah sekularisasi besar-besaran dalam tubuh umat islam. Malapetaka dahsyat ini terjadi ketika kekhilafahan islam yang ada di turki dihapuskan dan diganti dengan bentuk negara sekular seperti yang kita saksikan pada hari ini.

Paham sekularisme terus didakwahkan oleh barat ke seluruh pelosok dunia, terutama ke dunia islam, termasuk indonesia. Penerapan sistem demokrasi di Indonesia telah cukup menjadi bukti bahwa negeri ini pun mengemban ide sekularisme. Demokrasi sendiri merupakan sistem yang dipakai oleh barat untuk mempertahankan eksistensi ide sekularisme. Bagaimana tidak, karena dalam sistem demokrasi kedaulatan berada di tangan rakyat (manusia) bukan pada aturan agama. Sesungguhnya ini hanyalah alibi barat untuk menjajah negeri ini dengan seperangkat aturan yang dilegislasi para wakil rakyat atas nama rakyat. Barat menanamkan antek-anteknya di negeri ini untuk selalu mengawasi kelangsungan hidup paham sekularisme ini. Begitulah yang terjadi. Sekularisme benar-benar menguntungkan mereka untuk menjajah negeri ini dan negeri-negeri islam yang lain. Ketiadaan agama (islam) dalam urusan politik dan negara menjadi pintu masuk bagi barat untuk mengatur dan mengendalikan negeri ini sesuai kehendak nafsu serakah barat.

Namun gelombang dakwah yang menyerukan untuk kembali menerapkan islam dan meninggalkan sekularisme mulai terasa getarannya. Awalnya kecil, namun dengan kehendak Allah SWT gelombang ini makin besar dan tak terkendali. Hizbut Tahrir sebagai jamaah dakwah politik ideologis selalu menjadikan penerapan islam dalam bingkai khilafah menjadi tujuan pendirian partai ini. Hizbut Tahrir terus mendakwahkan ide ini siang dan malam tanpa kenal lelah. Meski Hizbut Tahrir meyakini pasti akan terjadi pergolakan di tengah umat akibat dakwah yang dilakukannya, Hizbut Tahrir terus saja melakukan aktivitasnya. Jerih payah itu membuahkan hasil yang luar biasa. Banyak sekali dari seluruh lapisan umat islam yang tertarik pada pemikiran Hizbut Tahrir. Arus dukungan pun kian deras. Bahkan sebuah lembaga survey SEM Institute merilis hasil surveinya yang menunjukkan mayoritas masyarakat Indonesia (72 persen) menginginkan syariah Islam diterapkan di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam berbangsa dan bernegara. “Ini menunjukkan hasil dakwah yang konkret yang berhasil melawan arus sekularisasi di Indonesia,” ungkap ahli statistik SEM Institute Dr Kusman Sadik kepada wartawan, Rabu (19/2/2014) di Jakarta. Ia mengungkapkan, survei yang dilakukan pada 25 Desember 2013 – Januari 2014 kepada 1498 responden dari berbagai kalangan di 38 kota di Indonesia, mengonfirmasi hasil survei lembaga rujukan pemerintah Amerika Pew Research Center yang dirilis 30 April 2013 yang menunjukkan 72 persen Muslim Indonesia menginginkan syariah sebagai landasan hukum dalam bernegara.

Tentu saja hasil survei tahun 2014 itu membuat kaget barat dan anteknya. Bahkan arus dukungan hingga saat ini semakin deras dan besar. Melihat ini kepanikan pun muncul dari barat dan anteknya. Barat berupaya untuk melakukan segala cara untuk membendung atau bahkan memusnahkan setiap gerakan yang bertujuan untuk menerapkan syariah secara total di negeri ini. Kelompok islam ideologis yang bertujuan untuk menerapkan syariah dalam naungan khilafah terus diintimidasi dan dijauhkan dari umat. Mereka membuat dan menebar isu jahat di tengah masyarakat atas kelompok itu. Mereka menyebarkan isu-isu bohong bahwa kelompok tersebut adalah kelompok radikal, garis keras, memecah belah negara, dll. Kebohongan-kebohongan itu akan terus mereka sebarkan untuk melenyapkan eksistensi kelompok islam ideologis itu. Barat dan anteknya terus bekerja dengan serius atas perkara ini.

Semoga Allah SWT memberi kekuatan bagi para pejuang kebenaran melalui pertolongan-Nya serta meluluhlantakkan barisan musuh-musuh islam dan menghancurkannya sehancur-hancurnya. Amin. [VM]

Penulis : A. R. Zakarya (Direktur Indonesian Justice Monitor)

Post a Comment

JANGAN LEWATKAN

[random][fbig2][#e74c3c]

Contributors

Powered by Blogger.