UsaBersyariah.Com --- Meski jumlah yang terungkap masih relatif kecil, namun ancaman tenaga kerja Cina ‘menyerbu’ Indonesia itu nyata.

“Dalam kerjasama proyek Cina di Indonesia yang mendatangkan TKA dari Cina, justru akan mengurangi lapangan kerja bagi pribumi. Kita akan dapat perlawanan dari dalam negeri karena kita kekurangan lapangan tenaga kerja,” jelas mantan Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat dalam acara ‘Halqah Islam dan Peradaban (HIP): Indonesia dalam Serbuan Tenaga Kerja Cina?’ Kamis (5/1) di Aula DHN Gedung Joang 45, Jakarta Pusat.


Menurutnya, apabila dibiarkan tanpa pengawasan, maka keutuhan negaralah yang menjadi taruhannya.

“Dalam proyek-proyek negara yang dipegang Cina seperti kereta cepat itu juga akan berbahaya, seperti mereka akan membangun kota-kota baru dan dijual kepada rakyat Tiongkok sana, mereka bisa pindah ke sana secara ilegal, menjadi warga negara, jelas menimbulkan ancaman baru,” jelas Jumhur.

Jumhur juga memberikan contoh proyek reklamasi Teluk Jakarta yang juga berindikasi mengancam ketahanan nasional.

“Ketahanan nasional kita menjadi berantakan, reklamasi contohnya, ada satu setengah juta unit apartemen, kalau satu apartemen dua orang sudah bisa tiga juta warga di sana,” ungkapnya.

Senada dengan Jumhur, FX Poyuono mengatakan Cina jelas mengancam karena mengambil alih lapangan kerja untuk warga negara Indonesia sendiri.

“Banyak lapangan kerja, tapi tidak ditempati oleh warga negaranya sendiri itu merupakan ancaman, dalam bidang ekonomi,” jelasnya di hadapan sekitar 120 peserta diskusi.

Menurut politisi Gerindra ini, apabila bidang ekonomi terancam, maka akan berdampak pula kepada sosial politik dari sebuah negara. Maka, negara seharusnya memperketat pengawasan terhadap TKA yang datang terutama dalam proyek kerjasama Cina dan Indonesia.

“Artinya gini, sepanjang tenaga kerja asing bekerja di Indonesia tanpa sebuah syarat, atau dengan melanggar syarat, itu pasti mengancam,” tegas Pouyuono.

Dalam paparannya, Poyuono juga mengungkapkan fakta bahwa presiden Jokowi memberikan persyaratan bahwa investasi Cina yang satu paket dengan tenaga kerjanya hanya boleh di proyek ‘turnkey’ (terima jadi) dan bukan pada sektor-sektor penting, namun faktanya persyaratan itu banyak dilanggar.

“Tapi pada kenyataannya Data BKPM menunjukkan investasi Cina yang masuk itu di sektor penambangan, otomotif, pabrik baja, pabrik semen, apakah itu turnkey? Bukan!” tegasnya.

Proyek turnkey seharusnya kembali lagi pada negara, akan tetapi faktanya di sektor-sektor tersebut, proyek tidak kembali lagi pada negara. “Itu mah proyek spesial penanaman modal asing,” kata Poyuono.

Dalam kesempatannya, Ketua Lajnah Siyasiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia Yahya Abdurahman menjelaskan bahwa di balik tabiat buruk Cina kepada Indonesia ada semangat ekspansionis yang mereka emban.

“Apapun yang dilakukan Cina, yang dimotori oleh pemerintah Cina, saya kira tidak bisa dilepaskan dari semangat ekspansionis tadi, semangat ekspansionis tersebut tidak jauh beda dengan yang dilakukan imperialis Barat,” ungkapnya di hadapan para peserta.

Menurut Yahya ini sedikit atau pun banyak jumlahnya tapi itu bisa menggantikan penjajahan imperialisme Amerika.

“Nah ini yang kemudian menjadi ancaman di samping kemudian tenaga kerja tadi, proyek-proyek Cina itu membawa misi untuk menciptakan pasar bagi produk-produk bahan bahan kontruksi,” ungkap Yahya.

Yahya juga mengungkapkan di balik proyek Cina tersebut akan ada utang yang lebih besar dari utang-utang sebelumnya.

”Seperti yang terungkap di media massa proyek kereta cepat, itu utang dari Cina yang bunganya lebih besar daripada yang diberikan Jepang, itu akan membebani karena biaya yang sangat besar,” katanya.

Bisa dibayangkan nantinya proyek-proyek yang mengatasnamakan Indonesia, tapi tenaga kerjanya hanya untuk warga Cina.

“Kemudian negeri ini dibebani utang yang sangat memberatkan dibandingkan utang dengan negara lain, di sinilah kita perlu waspada dan bersuara menolak hal yang berkaitan dengan itu, termasuk ancaman TKA Cina,” tegas Yahya.

Kalau berbicara tentang angka memang masih relatif kecil, akan tetapi adakah jaminan jumlahnya tidak bertambah?

“Kalau dengan tren akhir akhir ini, yaitu investasi cina makin besar, orang cina makin mudah masuk, bahkan beberapa syarat TKA untuk masuk ke Indonesia sudah di hapus untuk mempermudah. Bukan tidak mungkin bahwa ancamannya sangat besar,” pungkas Yahya.[] Fatih Sholahuddin

Post a Comment

JANGAN LEWATKAN

[random][fbig2][#e74c3c]

Contributors

Powered by Blogger.